Kita bisa melihat secara gamblang, dua peradaban dengan gaya hidup berbeda. Yang satu di kawasan perkotaan, sedangkan yang lainnya di kawasan pegunungan, tepi pantai, atau terisolasi di pulau-pulau terpencil.

Apakah kontradiksi ini bisa terjadi di zaman es? Menurut Graham, sangat bisa!

Bagi saya pribadi, riset dia menarik, karena sebagai jurnalis dia tak hanya berpatokan pada riset arkeolog dan sejarawan. Dia juga memperhatikan ilmu lain, antara lain geologi dan astronomi. Dua bidang yang sepertinya tak ada kaitannya dengan arkeologi. Tapi Graham membuka analisa dengan pisau geologi dan astronomi, yang sepertinya perspektif ini enggan dijalani oleh para arkeolog karena akan mengubah semua teori buku sejarah yang sudah jadi patokan umum.

Dari geologi, kita menyadari bahwa ribuan tahun lalu, wajah bumi tidak sama dengan sekarang. Benua dan pulau memiliki bentuk yang berbeda karena ada momen mendadak ketika air tiba-tiba memenuhi bumi, karena sebuah fenomena alam yang dapat dijelaskan secara keilmuan/sains

Dari sisi astronomi, kita menyadari bahwa bumi tak hidup sendirian di galaksi ini dan kalanya bumi bertemu dengan komet.

Komet memiliki siklus, ada yang melintas jauh dan menjadi penghias gelapnya malam, tapi ada yang membawa asteroid dan bersifat destruktif, bisa menghancurkan bumi.

Salah satunya, terjadi 12.800 tahun lalu, dan bukan tidak mungkin, sesuai siklusnya, komet ini akan kembali bertemu bumi dan menampilkan “jejak mahakaryanya”.

Menurut Graham, pada semua bangunan kolosal yang hadir 1000 tahun setelah hujan meteor/komet, yang tersebar di Mesir, Malta, Meksiko, Amerika, yaitu pada setiap peradaban yang survive, berusaha memberikan tanda pada manusia, bahwa di masa lampau,  pernah ada kehidupan yang sangat  canggih, namun hancur oleh hantaman meteor yang awalnya terlihat seperti hujan komet.

Dalam peradaban tua, mereka menampilkan komet sebagai ular dari angkasa. Itulah kenapa, ular dan banjir besar sebagai akibat dari hantaman komet (yang secara geologis terbukti mencairkan es dan mengakibatkan banjir besar dan itulah yang mengakhiri masa ice age) ada pada semua peradaban purba.

Yang harus menjadi pikiran kita adalah, komet itu akan kembali, sesuai siklusnya. Itulah esensi mengapa pada masa prasejarah, orang-orang itu membuat bangunan kolosal, tugu peringatan yang dibangun oleh mereka dengan berpatokan pada rasi dan gugur gemintang.

Selanjutnya, berkaca pada 12.800 tahun lalu,  apakah kita akan lebih siap?

Sundaland/Sondaland, secara geologis adalah salah satu tanah yang memiliki fisik berbeda pada zaman es. Eksistensi situs Gunung Padang, memberikan bukti bahwa pada belasan bahkan puluhan ribu tahun yang lalu itu, ada peradaban tinggi, saat bagian bumi yang lain masih berupa es.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *