Penulis: Sita Mella
Baambrugge, Wartaeropa.com – Rambut panjangnya sudah memutih. Usianya sudah tidak muda lagi. Namun semangatnya terus membara.
Itulah Servasius Bambang Pranoto, penemu Kutus Kutus sekaligus pemilik PT Kutus Kutus Herbal, yang memproduksi minyak Kutus Kutus.

Apa itu minyak Kutus Kutus?
Ini adalah minyak herbal dari Nusantara, yang terbuat dari campuran 69 jenis rempah-rempahan yang diolah dengan cara tradisional.
Manfaat Kutus Kutus, salah satunya membantu proses penyembuhan (seperti meredakan nyeri). Cara Pemakaiannya cukup dibalurkan di anggota tubuh tertentu.
Cara kerjanya, minyak Kutus Kutus membantu mengaktifkan energi tubuh yang disebut “Chi”, dengan menjaga keseimbangan dan kesehatan tubuh.
Energi Chi adalah energi inti kehidupan, yang mengalir pada jalur-jalur meridian pada tubuh manusia.

Terjual satu juta botol
Pada Oktober 2018, produksi minyak Kutus Kutus telah mencapai satu juta botol per tahun. Pemasarannya di seluruh Indonesia, bahkan ke Australia, Eropa, dan negara-negara lainnya.
Pada 2019, angka penjualan minyak Kutus Kutus mencapai 5,7 juta botol per tahun dengan perkiraan omzet Rp 570 miliar. Berkat minyak Kutus Kutus temuannya, Servasius Bambang Pranoto mampu membeli satu kastil di Belanda.
Nama Kutus Kutus berasal dari Bahasa Bali, yang berarti delapan delapan. Angka delapan dinilai sebagai bentuk angka yang unik, sempurna, dan menyerupai simbol infiniti (tanpa batas atau tak terhingga), juga simbol kebaikan dalam bahasa Tionghoa.

Mengobati sendiri kelumpuhan kakinya
Ramuan minyak Kutus Kutus ditemukan Bambang Pranoto pada 2011, ketika kedua kakinya lumpuh akibat terjatuh di pematang sawah saat memikul kentang seberat 10 kilogram.
Kendati sudah berobat ke dokter, kedua kaki Bambang tak kunjung sembuh, sehingga dia nyaris putus asa.
Inspirasi membuat ramuan dari berbagai tanaman herbal dan rempah-rempah kemudian muncul saat dirinya bermeditasi.
Bambang kemudian membuat minyak balur atau gosok berdasarkan resep leluhur. Ia menyebut resep leluhur yang digunakannya sebagai konsep pohon kehidupan, yang terdiri atas tujuh unsur dari tujuh tanaman.

Seluruh bahan rempah-rempahan yang jumlahnya 69 tersebut diperoleh Bambang Pranoto di bukit belakang rumahnya di Desa Bona, Gianyar, Bali. Ia bermukim di sana sejak 2002, setelah pindah dari Jakarta.
“Semua dari yang ada di dapur,” ujarnya kepada KBC. Semua bumbu yang ada di dapur dicoba dan diolahnya. Ditambah lagi semua yang disediakan alam, seperti aneka dedaunan.
Bambang menegaskan kalau dirinya tidak asal comot ini itu. “Alam semestalah yang memimpin saya. Hingga akhirnya bisa menghasilkan minyak herbal ini.”
Sajian kue-kue dan buah-buahan. (Foto: Sita Mella)
Akrab dengan dunia herbal
Setelah rutin mengobati kakinya dengan olesan minyak Kutus-Kutus, Bambang pun kembali sehat dan bisa berjalan normal.
Bambang Pranoto terbiasa dan akrab dengan dunia herbal dan jamu-jamuan sejak tahun 1988, meskipun tidak memiliki keahlian khusus dalam meracik ramuan.
Bambang Pranoto kemudian belajar secara otodidak bagaimana cara meracik minyak dengan mengikuti proses pembuatan dari warisan kebudayaan beberapa daerah dan mempelajari penyembuhan tradisional dari alam.
Racikan minyak yang dibuatnya terbukti berkhasiat mengobati kakinya yang lumpuh sehingga sembuh dalam tiga bulan.

Setelah itu, Bambang Pranoto melakukan riset selama satu tahun, dari 2012 hingga 2013, untuk menemukan racikan minyak balur yang aromanya pas, tidak berbau, dan mudah meresap.