Seluruh bahan rempah-rempahan yang jumlahnya 69 tersebut diperoleh Bambang Pranoto di bukit belakang rumahnya di Desa Bona, Gianyar, Bali. Ia bermukim di sana sejak 2002, setelah pindah dari Jakarta.
“Semua dari yang ada di dapur,” ujarnya kepada KBC. Semua bumbu yang ada di dapur dicoba dan diolahnya. Ditambah lagi semua yang disediakan alam, seperti aneka dedaunan.
Bambang menegaskan kalau dirinya tidak asal comot ini itu. “Alam semestalah yang memimpin saya. Hingga akhirnya bisa menghasilkan minyak herbal ini.”
Sajian kue-kue dan buah-buahan. (Foto: Sita Mella)
Akrab dengan dunia herbal
Setelah rutin mengobati kakinya dengan olesan minyak Kutus-Kutus, Bambang pun kembali sehat dan bisa berjalan normal.
Bambang Pranoto terbiasa dan akrab dengan dunia herbal dan jamu-jamuan sejak tahun 1988, meskipun tidak memiliki keahlian khusus dalam meracik ramuan.
Bambang Pranoto kemudian belajar secara otodidak bagaimana cara meracik minyak dengan mengikuti proses pembuatan dari warisan kebudayaan beberapa daerah dan mempelajari penyembuhan tradisional dari alam.
Racikan minyak yang dibuatnya terbukti berkhasiat mengobati kakinya yang lumpuh sehingga sembuh dalam tiga bulan.
Setelah itu, Bambang Pranoto melakukan riset selama satu tahun, dari 2012 hingga 2013, untuk menemukan racikan minyak balur yang aromanya pas, tidak berbau, dan mudah meresap.
Setelah mendapatkan aroma yang pas, Bambang Pranoto kemudian memproduksi 500 botol minyak Kutus Kutus, namun tidak ada satu pun yang laku pada saat itu.
Diproduksi massal
Akhirnya, Bambang Pranoto menunjuk seorang distributor untuk memasarkan minyak Kutus Kutus, sedangkan ia sendiri fokus mengurusi produksi.
Distribusi dilakukan melalui media sosial. Pada Oktober 2014, Bambang Pranoto melakukan pertemuan pertama secara tatap muka dengan para reseller Kutus Kutus.
Selama ini mereka hanya berkomunikasi melalui Facebook. Perjalanan bisnis minyak Kutus Kutus sempat tidak berjalan baik, setelah produk dan jaringan bisnis distribusinya dibajak seorang mitra distributor kepercayaannya.
Bambang Pranoto kemudian menata kembali jaringan distribusinya dan menangani langsung penjualan. Setelah pemasaran dipegang sendiri, angka penjualan minyak Kutus Kutus terus bergerak naik secara signifikan.
Tahun 2023 merupakan tahun istimewa karena Kutus Kutus menginjak tahun ke-10.
Ibarat anak manusia, Kutus Kutus memasuki fase mulai berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Penuh perhitungan.
Bambang, yang juga pemusik ini sudah menyiapkan berbagai strategi marketing yang baru. Salah satunya mematangkan pemasaran di Belanda.