Dua tahun sebelumnya, menjalankan ibadah haji melalui embarkasi Swiss, sangat mudah. Tinggal mendaftar sebulan sebelumnya, sudah bisa berangkat. Kuota untuk Heidiland saat itu masih jarang termanfaatkan.
“Syukurlah saya sudah naik haji,” tutur Dewi Birrer, seorang warga Indonesia di Swiss. Zaman itu, masih kata Dewi, naik haji tinggal niatnya saja. “Nawaitu, daftar, bayar, ya berangkat.”
Tidak ada manasik haji, tidak ada persiapan khusus seperti di Tanah Air. Ustad Aal biasanya memberikan bimbingan sebelum berangkat. “Atau belajar sendiri,“ kenang Dewi Birrer.
Saking mudahnya, beberapa WN Swiss yang menetap di Indonesia, juga memilih naik haji dari Swiss ketimbang di Indonesia.
“Saya melihat mereka yang belum bisa berangkat tahun ini, memancarkan sifat tawakal dan ikhlas yang begitu besar. Bahkan yang terlibat banyak dalam mengurus perjalanan ini, belum mendapat kesempatan bisa berangkat. Tapi saya yakin, insya Allah pahalanya sama dengan yang bisa berangkat,“ kata Ustad Aal.
Jamaah haji Indonesia asal Swiss akan berangkat Tanah Suci per 22 Juni melalui Geneve Aeroport, Swiss Barat. Seperti biasa, mereka akan diantar sanak keluarga dan komunitas muslim Indonesia Swiss lainnya.
Biaya naik haji kali ini, meningkat 100 persen dari sekitar 5000 USD menjadi 10000 USD (sekitar Rp 150 juta).***
Foto headline: Jamaah haji di halaman Masjidil Haram Makkah. (kemenag.go.id)