Pria yang pernah mengajar di SOAS, ISBI Bandung, University of Urbino, UN Malang dan Università Cattolica del Sacro Cuore (Milan) ini menilai, masing-masing grup mewakili kekuatan antargenerasi underground di Kota Bandung.

Selain itu, lanjutnya, mereka punya keragaman dan komitmennya dalam mengeksplorasi berbagai tingkat produksi musik lokal sekaligus global.
“Band-band ini sudah pernah diundang untuk tampil dan berkolaborasi serta merilis karya mereka dalam berbagai festival, label dan kolektif yang transnasional, seperti Helifest, Roskilde Festival, Eastern Margins, Morphine Records, Dance Nata, Night Shift dan lain sebagainya,” ujar pria berkebangsaan Italia yang kini bekerja di British Forum of Ehtnomusicology itu.
Ia mencontohkan, Penyu JR adalah grup yang telah eksis dan hadir sejak awal munculnya Bandung Underground, sedangkan grup Tarawangsawelas sedang mengeksplorasi cara-cara baru untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi kesenian Tarawangsa.
Sementara itu Xin Lie, dengan gagah berani membawa ritme réak le lantai dansa kontinum hardcore dan Ensemble Tikoro adalah contoh paling segar dalam kombinasi dari paduan suara dan vokalis metal.
Sedangkan Teguh Permana + Heith (Bandung) – Live (Folk / Eksperimental, Morphine Records / Latency) adalah Duo yang dibentuk oleh musisi Teguh Permana.
Mereka tercatat telah merilis album di Morphine dan Latency dan telah bermain/akan bermain di festival CTM, Roskilde Festival, Bongo Joe, Pantropical dan Europalia.
Akankah mereka sukses membawakan genre masing-masing di hadapan publik Italia? Saksikan penampilan mereka di Giardini Triennale Milano pada 25 Juni 2024.***
Sumber: Press Release Club Hyperlocal 2024