Hasil pemilu legislatif nasional menempatkan gabungan partai Renaissance pimpinan E. Macron dan partai-partai tengah lainnya (Ensemble) yang meraih 21 persen suara pada posisi ketiga di belakang RN dengan skor 33,2 persen, dan gabungan partai kiri Nouveau Front Populaire (NFP) yang mendapatkan suara 28,1 persen.
Dengan hasil tersebut, perkiraan kursi yang diperoleh masing-masing blok adalah 260 – 310 untuk RN, 115 – 145 untuk NFP, dan 90 – 120 untuk Ensemble.
Perolehan kursi yang mendekati apa yang disebut mayoritas absolut atau mutlak memaksa partai-partai di luar RN dan aliansinya merapatkan barisan.
Putaran kedua
Tanpa buang waktu, partai-partai yang berhasil lolos pada putaran selanjutnya pun segera berkampanye untuk putaran ke-2.
Para pemimpin blok tengah dan kiri membuat seruan agar kandidat wakil rakyatnya yang berada pada posisi ke-3 mengundurkan diri agar pemilih memilih kandidat dari NFP atau Ensemble, guna menghalangi kandidat RN meraih kemenangan pada putaran ke-2.
Hal itu dilakukan untuk membendung kemenangan mutlak gabungan partai-partai politik beraliran ekstrem kanan yang program-programnya dinilai bakal diskriminatif.
Akankah para pemilih akan mengikuti ajakan para pemimpin partai? Kita lihat saja hasilnya hari Minggu, 7 Juli mendatang.
Akankah program-program yang ditawarkan menjadi alasan utama para pemilih atau alasan emosional dan ‘balas dendam’ semata terhadap para elite politik yang dinilai kurang mendengar kegelisahan masyarakat terhadap berbagai persoalan di lapangan dalam bidang keamanan, imigrasi dan tentu saja daya beli?
Model sosial masyarakat Prancis akan ditentukan hari Minggu nanti.
Akankah Prancis mampu mempertahankan reputasinya sebagai negeri yang murah hati pada semua orang tanpa memandang kewarganegaraannya dan sebagai “terre d’accueil” (tanah yang ramah menerima pendatang), seperti reputasinya selama ini?
Bagaimanakah bentuk pemerintahan Prancis setelahnya?