Penulis: Trigo Neo Starden
London, Wartaeropa.com – Ketika pemilu di Inggris Raya berakhir pada 4 Juli lalu, sudah ada tanda-tanda kemenangan Partai Buruh.
Setelah lebih dari satu dasawarsa menjadi oposisi, Partai Buruh akhirnya naik ke tampuk kekuasaan, pada Jumat 5 Juli 2024. Pemimpin Partai Buruh Sir Keir Starmer pun menjadi Perdana Menteri Inggris.
Starmer berhasil membawa partainya kembali ke pemerintahan kurang dari lima tahun, setelah partai tersebut mengalami kekalahan terburuk hampir satu abad terakhir ini.
Setelah itu dilakukan pembubaran kabinet sekaligus pengunduran diri Rishi Sunak dari Partai Konservatif.
Pemimpin partai keturunan India itu, sesuai tradisi, kemudian menghadap Raja Inggris Charles III. Prosesnya begitu cepat.
Pada pertemuan 24 menit itu, Raja memberi izin kepada Starmer untuk membentuk kabinet pemerintahan yang baru.
Maka, Starmer langsung mengambilalih kepemimpinan di Downing Street 10, kantor perdana menteri Inggris.
Pertemuan pribadi PM dengan Raja
Ruang pribadi Raja Inggris di Istana Buckingham menjadi tempat pertemuan khusus bagi setiap Perdana Menteri (PM) Inggris, termasuk Kier Starmer, dengan Raja Inggris.
Seminggu sekali, perdana menteri, termasuk Starmer, berkesempatan untuk berbicara langsung dengan Raja Inggris. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Pada pertemuan itu hanya ada Raja Inggris dan PM Inggris. Tak ada lagi orang lainnya.
Jadi, pertemuan ini bersifat sangat pribadi. Tak ada catatan tentang pertemuan tersebut.
Alangkah indahnya tradisi Inggris ini. Ini adalah kepercayaan penuh dari Raja monarki ke pemerintah Inggris.
14 tahun yang sia-sia
Partai Konservatif sudah 14 berkuasa. Sebagai orang Indonesia, penulis menilai peristiwa terpilihnya perdana menteri baru ini dari untung ruginya secara ekonomi dengan Indonesia.
Menurut penilaian penulis yang tidak ada sangkut pautnya dengan perpolitikan ini, 14 tahun terakhir sangatlah sia-sia.
Tak ada kontribusi signifikan dari pemerintah Inggris terhadap Indonesia.
Kendati segala upaya sudah diusahakan, termasuk pendekatan individu penulis kepada Menteri Khusus Perdagangan Inggris Richard Graham, hanya berhasil memberikan bebas pajak impor kopi hijau dari Indonesia.
Indonesia butuh komitmen serius dari pemerintah Inggris. Namun terhambat status Indonesia yang masih tercatat sebagai negara kurang dipercaya oleh pemerintah Inggris.
Pasalnya, secara politik Indonesia masih diragukan dalam upaya pemberantasan teroris.
“Bola panas” selanjutnya ada di tangah presiden terpilih Prabowo Subianto.