Demikian banyak lapisan yang dapat memicu ketersinggungan, berhasil mereka buat hanya untuk membuat karya yang “viral”.

Betul-betul sebuah lambang dekaden kebudayaan. Apakah kita akan terus berprinsip pada nilai “yang penting viral?” Inikah tujuan berkebudayaan?

Karya seni yang indah itu personal, tergantung selera. Memang betul. Tapi karya seni juga sangat sensitif dengan “waktu”.

Karya yang indah akan meresap dalam jiwa dan mampu memberikan energi baru pada yang melihatnya.

Karena energi bersifat abadi, mahakarya yang indah menjadi sesuatu yang timeless, larut dalam keabadian.

Karena bersifat abadi, lalu secara paradoks bisa menjadi tonggak sebuah era, menjadi gaya baru dan “trendsetter”.

Selamanya akan dikenang dan masuk dalam buku sejarah sebagai “mahakarya”.

Kita tidak asing dengan mahakarya. Ada lukisan di Maros, Sulawesi Selatan, yang dianggap sebagai lukisan tertua di dunia. Usianya 51.200 tahun. Artinya, kita pionir pembuat mahakarya.

Selanjutnya, karya megalitik di seluruh Nusantara, dari mulai Papua hingga Sumatera (saya selalu melihat seni dari Timur ke Barat, mengikuti sinar matahari).

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *