Indira Primasari Berjuang Raih Gelar Doktor sambil Mengajar Bahasa Indonesia di Belanda

Indira Primasari mengajar Bahasa Indonesia. (Foto: Istimewa)

Cinta Gamelan

Sejak kecil, Indira tertarik dengan budaya, khususnya budaya Jawa karena latar belakang saya sebagai orang berdarah Jawa. Berkesenian juga menjadi salah satu hobinya sejak kecil. 

Karenanya ketika tiba di Belanda, dia pun ikut bergabung dengan kelompok gamelan. “Awalnya saya ingin tahu saja karena di Amsterdam banyak orang non-Indonesia dan non-Jawa yang pandai bermain Gamelan dan rutin berlatih. Sebagai orang Indonesia dan orang Jawa timbul pertanyaan, mengapa saya tidak ikut latihan saja,” kata Indira.

Selain itu, Indira juga ingin membaur dengan masyarakat di Amsterdam, dan bergabung dengan komunitas gamelan untuk membantu proses adaptasi dan integrasinya. Dia mencari informasi tentang grup gamelan itu dari internet, kemudian lalu menghubungi pengurusnya.

Tak terasa dia telah berlatih di grup gamelan selama tiga tahun. Anggotanya adalah orang Belanda dan pendatang internasional. Beberapa diantara mereka memiliki garis keturunan Indonesia, tapi saat itu Indira adalah satu-satunya warga negara Indonesia dalam grup tersebut.

Belajar gamelan di luar Indonesia tentu pengalaman yang menarik karena gurunya orang Belanda dan bahasa pengantarnya adalah Belanda-Inggris. “Saya senang karena merasa tetap memiliki koneksi dengan Indonesia sekaligus belajar berinteraksi di masyarakat yang lebih luas,” kata Indira. 

“Saya juga senang ikut sedikit melestarikan budaya Indonesia dari negeri seberang. Bersama group gamelan ini, kami sempat menyelenggarakan konser in-house beberapa kali di Gamelan Huis, Amsterdam. Saya juga pernah berpartisipasi dalam salah satu festival film di Amsterdam dalam pementasan teater yang diadaptasi dari buku Max Havelaar di OBA Amsterdam,” katanya.

Jadi Guru Bahasa Indonesia

Indira juga menjadi pengajar Bahasa Indonesia di KBRI Den Haag. Dia pun langsung mendaftar saat mendapat informasi dari grup mahasiswa di Amsterdam. 

Ketertarikannya untuk mengajar bahasa Indonesia telah ada sejak lama. Saat kecil hingga remaja, keluarga Indira sempat mengelola homestay untuk orang-orang asing yang ingin belajar Bahasa dan Budaya Indonesia di Yogyakarta. Ada diantara mereka yang bahkan tinggal bersama keluarga kami hingga beberapa tahun.

“Jadi saya sudah terbiasa dan senang untuk mengenalkan budaya Indonesia pada orang asing. Saya sendiri juga senang mengajar,” kata Indira.

“Apalagi program kursus Bahasa Indonesia adalah program resmi dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan dan KBRI Den Haag, sehingga hitung-hitung ikut sedikit membantu diplomasi budaya Indonesia di luar negeri,” kata Indira menambahkan. 

Indira sangat menikmati mengajar Bahasa Indonesia. Dia mengaku  tidak ada duka yang dia rasakan. Hanya tantangannya adalah bagaimana membuat murid-murid  yang belum pernah belajar Bahasa Indonesia sama sekali menjadi mudah paham dan terus semangat dalam belajar. Apalagi terdapat perbedaan struktur antara Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Belanda. 

“Ketika kita belajar bahasa, kita juga perlu memahami alasan kultural di balik sebuah frase atau kalimat. Ini menjadi tantangan yang menarik saat mengajar,” kata Indira.

Murid-muridnya  adalah orang Belanda keturunan Indonesia dan atau mereka yang memiliki pasangan orang Indonesia. Beberapa diantara mereka juga keturunan Jawa-Suriname, sehingga pandai berbahasa Jawa tetapi belum bisa berbahasa Indonesia. Indira mengajar di Indonesia House Amsterdam sejak Juni 2024, setiap satu minggu sekali selama dua jam. 

Dia merasa murid-muridnya  sangat antusias dan bersemangat untuk belajar. Hasil evaluasi pembelajaran yang mereka berikan juga positif. Banyak diantara mereka yang ingin meneruskan belajar karena beberapa alasan, misalnya untuk menunjang karier, bisnis, atau mempermudah komunikasi dengan keluarga. 

Editor: Natalia Santi

By Redaksi

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *