“Seharusnya acara ini dilaksanakan di musim panas saat daya beli pengunjung lebih tinggi, seperti Tong Tong Fair yang digelar pada Juni atau Juli,” ujar Rini.
Ia juga menyoroti jadwal operasional Discovering the Magnificence of Indonesia 2024 yang berakhir pukul 18.00 waktu Eropa tengah. Terlalu sore untuk sebuah pameran.
Mira Rouhoft mengaku, ini adalah pameran khusus produk Indonesia di Belanda yang pertama ditanganinya.
Pameran ini mengombinasikan dan mempertemukan pelaku bisnis Indonesia dan pelaku bisnis di Belanda (business matching).
“Jadi memang Discovering the Magnificence of Indonesia 2024 tidak didesain seperti acara Tong Tong Fair atau pasar malam seperti umumnya. Kami menjual dan memperkenalkan desa wisata, memperkenalkan produk UKM dan pergelaran budaya serta forum bisnis,” tutur Myra.
Rugi Rp 5 miliar
Dalam acara Discovering the Magnificence of Indonesia 2024 ini, Myra mengaku mengalami kerugian hingga Rp 5 miliar.
Kendati demikian, Myra dan tim Negeriku tidak kapok dan tetap akan membuat acara serupa pada tahun 2025, tentu saja, dengan segala perbaikan.
Para peserta pameran berharap penyelenggaraan acara ini di masa depan melibatkan event organizer yang lebih berpengalaman di pasar Belanda.
“Kami percaya dengan nama besar sponsor dan KBRI, tapi hasilnya mengecewakan. Publikasi minim dan pengunjung sepi membuat kami sesama pedagang hanya saling membeli barang satu sama lain,” keluh seorang peserta.
Discovering the Magnificence of Indonesia 2024 menjadi pelajaran penting bagi penyelenggara untuk memperbaiki strategi promosi, waktu pelaksanaan, dan kolaborasi dengan mitra lokal.
Potensi besar budaya dan produk Indonesia tetap menjanjikan peluang sukses, jika dikelola dengan lebih profesional.***
Foto headline: penari pengisi acara Discovering the Magnificence of Indonesia 2024 (Foto: Yuke Mayaratih)