Masyarakat Sunda Kuno Jalani Kehidupan Kompleks

Mereka punya kapal yang disebut lancharas yang mampu mengangkut muatan sebanyak 150 ton, atau pangajawas atau kapal kargo.

Tome Pires juga menggambarkan bahwa Kerajaan Sunda memiliki lebih dari 6 kapal lancharas gaya Sunda yang layarnya dilengkapi sebuah instrumen, seperti crane dan tangga, sehingga mudah untuk melakukan navigasi (perjalanan laut).

Mereka juga punya budak laki-laki dan perempuan yang berasal dari Maladewa, yang jaraknya hanya 6-7 hari pelayaran.

Sebagai negara agraris, Sunda juga menghasilkan padi, asem, Java long pepper atau lada panjang, yang kualitasnya lebih prima dibanding produksi Chocin (wilayah antara Vietnam dan Cina). Bahkan juga lebih baik dari Jawa (Ta Pan).

Jumlah produksi Long Pepper Sunda mencapai 1000 Bahar, dimana 1 Bahar setara 400 kg, sementara asam Jawa bisa mengisi penuh ribuan kapal.

Selain itu, produksi tanah Sunda yang diekspor adalah kacang dan air mawar.

Sunda juga mengekspor buah labu panjang, labu bulat, tebu, kacang merah, terong.

Penyadap nira juga membuat minuman alkoholik (tuak). Pedagang kelapa menjual minyak kelapa dan petani palem menjual gula aren, ada juga penjual ikan asin, ayam, kerbau air.

Sementara itu, komoditas ternaknya berupa sapi, kambing, babi, unggas dan daging.

Tanah Sunda memiliki 4000 ekor kuda yang menjadi komoditas penting, namun mereka tidak membuat kuda anakan, melainkan membelinya dari Pariaman.

Adapun kerbau buffalo sondanicus dan rusa banyak ditemukan, tapi tidak dijual.

Sementara itu pekerjaan gembala disebut rare angon, yang membawa domba dan kerbau air, pacelengan yaitu peternak babi, pakotokan peternak ayam, namun tidak ada peternak kuda.

Ekspor lainnya yang berharga adalah cula badak dari Rhinoceros sondanicus (badak jawa).

Nelayan yang menyelam saat mengambil ikan disebut palika. Alat-alat nelayan berupa jala, tapi ada cara lain untuk memanen ikan yang disebut marak (murak).

Orang Sunda juga punya ahli batik disebut pangayeuk dan ragam motif batik seperti kembang muncang, gagang senggang, sameleg, sèmat sahurun, anyam cayut, sigèjj, pasi-pasi, kalangkang ayakan, poleng rengganis.

Selain itu juga jayanti, cècèmpaan, paparanakan, mangin haris, sili ganti, boleh siang, bèbèrnatan, papakanan, surat awi, Parigi nyengsoh, gaganjar, lusian besar, kampuh jayanti, laris, hujan riris, boeh alus dan ranggen panganten.

Tanah Sunda juga kaya dengan ahli/pandai logam, misalnya pandai mas, pandai wesi, pandai dang, pandai glang.

Mereka membuat berbagai keperluan harian dan upacara, antara lain pedang, cambuk, pisau, belati, Kampak, pisau sadap, golok, kala katri, peso raut, peso dinding, pangkot, pakisi dan danawa.

Kondisi pelabuhan saat itu sudah sangat kosmopolit dengan berbagai bahasa. Ada juru bahasa darmamucaya atau penerjemah yang memiliki keahlian dalam bahasa: Cina, Kling/Keling/India, Parasi atau Irak, Mesir, Samudra, Banggala, Makassar, Pahang, Kelantan, Bangka, Buwun, Beten, Tulangbawang, Sela, Pasay (Pasai).

Selain itu, juga Parayaman (Pariaman), Negara Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Pego, Minangkabau, Mekah, Burtete, Lawe, Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Sabini, Ogan, Kanangen, Komering, Simpang Tiga, Gumantung, Manumbi, Babu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa (India), Seran, Gedah, Solot, Solondong, Indragiri, Tanjungpura, Sakampung, Cempa, Baluk dan Jawa!

Buku ini menarik, bukan? Meski anda bukan arkeolog, saya rasa buku ini layak dijadikan koleksi yang istimewa!

*)Jurnalis, penulis buku Indonesia Unexplored”.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *