Cukup menyenangkan atmosfirnya, damai di tengah sawah dan ladang ijo royo-royo, ukurannya 19mx19m.

Terbuat dari batu bata yang mengandung sekam (gabah padi). Sangat unik!

Teringat soal hadiah 1000 sapi dari Raja Purnawarman untuk Brahmana, saya mencoba merefleksikan diri kembali ke masa itu.

Di situs Candi Jiwa, saya membayangkan, bila sapi-sapi itu tak semuanya disembelih, melainkan digunakan para petani di sekitar kawasan candi untuk membajak sawah, telah terjadi kerja sama harmonis antara manusia dan hewan demi ketahanan pangan seluruh Kerajaan Tarumanegara.

Lho, itu kan inti dari irigasi kali Gomati yang dibuat oleh Raja Purnawarman? Untuk irigasi mengantisipasi banjir dan pertanian!

Uniknya, 150 meter dari Candi Jiwa, ada candi Hindu yang usianya bahkan lebih tua dari Candi Jiwa, yaitu Candi Blandongan, yang dibuat pada abad ke-4.

Tapi deteksi karbon menunjukkan, kemungkinan candi sudah mulai dibuat sejak abad ke-2, dengan ukuran 25x25m.

Kalau begitu, bisa jadi candi ini sudah eksis sebelum Purnawarman lahir, kemudian diberi sentuhan baru yang merepresentasikan sosok Purnawarman, raja yang membangun kali Gomati.

Memikirkan dua candi dari dua agama berbeda tapi saling berdekatan ini, saya jadi takjub.

Candi Jiwa yang dikenal sebagai candi Budha karena bentuknya seperti lotus dan digunakan untuk upacara yang ritualnya “memutar” khas candi Budha (anehnya tak ada patung Budha di sana), berdampingan dengan candi Hindu Blandongan.

Tak seperti kawasan situs wisata religius lainnya, candi Jiwa ini sepi sekali.

Usut punya usut, di sana ada cerita angker. Konon dahulu kalau ada gembala yang meninggalkan ternak di kawasan itu, ternaknya akan mati/kehilangan jiwanya.

Tapi jika melihat lebih jauh tradisi kerukunan ala Sunda, dimana candi Hindu bisa berdiri berdekatan dengan candi Jawa, saya rasa kita harus kembali merenungkan berapa orang Sunda sangat toleran terhadap perbedaan kepercayaan.

Dan di luar keangkeran dan nilai-nilai mistiknya yang tak relevan, saya kira kita justru harus melihat esensi keseimbangan yang ditawarkan duet Candi Blandongan-Candi Jiwa’.

Ini adalah cermin keseimbangan jiwa orang Sunda yang harmoni antara alam, ketahanan pangan, ekonomi dan religi.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *