Memikirkan dua candi dari dua agama berbeda tapi saling berdekatan ini, saya jadi takjub.

Candi Jiwa yang dikenal sebagai candi Budha karena bentuknya seperti lotus dan digunakan untuk upacara yang ritualnya “memutar” khas candi Budha (anehnya tak ada patung Budha di sana), berdampingan dengan candi Hindu Blandongan.

Tak seperti kawasan situs wisata religius lainnya, candi Jiwa ini sepi sekali.

Usut punya usut, di sana ada cerita angker. Konon dahulu kalau ada gembala yang meninggalkan ternak di kawasan itu, ternaknya akan mati/kehilangan jiwanya.

Tapi jika melihat lebih jauh tradisi kerukunan ala Sunda, dimana candi Hindu bisa berdiri berdekatan dengan candi Jawa, saya rasa kita harus kembali merenungkan berapa orang Sunda sangat toleran terhadap perbedaan kepercayaan.

Dan di luar keangkeran dan nilai-nilai mistiknya yang tak relevan, saya kira kita justru harus melihat esensi keseimbangan yang ditawarkan duet Candi Blandongan-Candi Jiwa’.

Ini adalah cermin keseimbangan jiwa orang Sunda yang harmoni antara alam, ketahanan pangan, ekonomi dan religi.

Mengatur kondisi alam dengan teknologi irigasi Gomati, Kerajaan Tarumanagara ini menjadi pusat di peradaban tua. Bahkan Marcopolo pun ingin mengunjungi kerajaan ini pada tahun 1200-an, dan ia berhasil!
(Apa kata Marcopolo soal kerajaan kerajaan di Tanah Sunda? Nanti saya tulis di lain waktu ya).

Refleksi dari Italia

Kanal di Milan, Italia. (Foto: Bisniswisata)

Melihat hikmat keputusan Purnawarman untuk membangun Kali Gomati dan membawa Tarumanagara menjadi negara yang maju, saya yang mukim di Milan sejak 2010, tergelitik untuk membaca sejarah kota ini.

Menurut informasi, pada 1157, bangsawan di Milan membangun kanal untuk melindungi diri dari serangan musuh.

Kemudian pada 1200-an menjadi saluran irigasi yang terus diperpanjang sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengirim batu pualam atau marmer pada 1386, saat pembangunan Duomo dimulai.

Pualam dari tambang milik bangsawan Milan ini (batu pualam dari Italia terkenal dengan kualitasnya yang tinggi) terletak di Candoglia, sekitar 1 jam dari Milan.

Dengan pengiriman pualam melalui kanal, maka Duomo pun bisa dibangun. Duomo adalah gereja di Italia yang 100 persen dibangun dari marmer dan 100 persen marmernya dari Candoglia.

Saya lihat karakter Milan yang sangat flat atau datar disebut pianura, mirip dataran Bekasi sampai Karawang, yang juga datar.

Keberadaan kanal-kanal di Milan berhasil mendukung pembangunan Duomo. Dan inilah harmoni antara alam, ekonomi dan religi, yang membuat Milan, menjadi pusat ekonomi dunia di abad modern.

Sekarang Pianura menjadi kawasan industri paling digdaya di Italia, mirip kawasan Industri Karawang dan Bekasi, yang menopang ekonomi Indonesia.

Apakah orang Eropa terinspirasi dari Kali Gomati? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak.
Tapi yang jelas, orang Indonesia zaman dahulu tidak bodoh.

Mereka sangat pandai di bidang civil engineering, planologi dan arsitektur.

Kita yang katanya modern, berilmu dan lebih cerdas, malah gumunan. Bingung kenapa banjir bisa datang ke Bekasi…

*)Jurnalis, penulis buku “Indonesia Unexplored”.

Foto headline: Candi Jiwa, difoto dari udara. (Foto: Ist)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *