
Juga, Mila Plezier, Vera Luvsing, Riyan S. serta Wahana Budaya Nusantara. Lalu, Mehaga, Hadiyatie & Theodora, De Susu Segar, Grup angklung Melodi Bambu dan Madaloka Dance Studio.
Nama-nama ini cukup dikenal di kalangan diaspora Indonesia. Mereka sering tampil di berbagai acara komunitas, pasar malam, dan kegiatan KBRI.

Merawat Warisan Leluhur
Salah satu peserta, Tuty Koolhaas, adalah pimpinan grup tari Nuansa Seni Indonesia. Ia menyatakan bahwa keikutsertaan mereka bukan semata pertunjukan.
“Lewat tarian, kami ingin menunjukkan cinta pada budaya Indonesia,” katanya. “Meski kami tinggal di Belanda, kami tetap membawa semangat Nusantara.” NSI selama ini aktif memperkenalkan tari tradisional kepada generasi muda Indonesia-Belanda.
Eva menyampaikan hal serupa. “Saya bangga bisa memperkenalkan musik, tarian, dan tekstil tradisional kepada masyarakat Belanda,” katanya.
Tidak Sekadar Menonton
Di luar panggung, pengunjung juga akan dimanjakan oleh kelezatan kuliner Indonesia. Ada aneka hidangan khas Nusantara yang bisa dinikmati di area acara. Selain itu, beberapa stan juga menjual kerajinan tangan, batik, dan obat tradisional.
“Rasanya seperti pasar malam di Tanah Air,” ujar salah satu pengunjung edisi tahun lalu. Pengalaman itu akan dihidupkan kembali dalam edisi kedua tahun ini.

Budaya Adalah Jembatan
Paguyuban Budaya Indonesia ingin menjadikan organisasinya sebagai rumah bersama. Rumah bagi mereka yang ingin menjaga dan mengembangkan seni budaya Indonesia di negeri rantau.
“Anggota adalah fondasi kami,” kata Carlo. “Kalau fondasinya kuat, PBI akan bersinar, baik di Belanda maupun luar negeri.” Ia juga menyampaikan rencana jangka panjang.
“Kami ingin membuat kolaborasi lintas negara. Antara seniman Indonesia dan seniman Belanda. Bahkan dengan negara Eropa lainnya.”
Eva mendukung visi itu. Menurutnya, budaya adalah jembatan untuk membuka dialog antarbangsa.
