Komunitas Perempuan Menari Tampilkan Tarian Nusantara di Belanda

Panggung, Makan, Tapi Bukan Bayaran

Mereka tak dibayar. Namun panggung yang layak, makanan dengan lauk melimpah, dan sambutan hangat penonton menjadi ganjaran tersendiri. “Diberi panggung dengan pencahayaan dan sound system maksimal, itu sudah cukup,” kata Molly. Penampilan di Sophiahof bahkan menarik 400 penonton.

KBRI Den Haag hanya membantu promosi dan hadir di lokasi, selebihnya semua diurus mandiri. Tak hanya menari, mereka juga menggelar workshop tari Aceh bagi publik Belanda.

Membuktikan: Budaya Bisa Dihidupkan Siapa Saja

Molly tak menutupi kesulitan mencari sponsor di tengah ketatnya anggaran. Tapi semangat mereka tak padam. “Kami lakukan semua karena cinta budaya. Bahkan yang ikut ke Belanda adalah pekerja kantoran yang rela cuti. Kami cari tiket promo, urus visa, atur penginapan. Tapi semua lancar,” katanya dengan penuh syukur.

Kini, KPM membuka diri bagi siapa saja—terutama perempuan pekerja di atas 50 tahun—yang ingin menari, berkegiatan positif, membangun jaringan, dan mungkin… menari di panggung luar negeri.

By Redaksi

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *