Manuskrip tersebut merupakan karya penting para pendeta Batak terdahulu, berisi mantra kuno, resep medis tradisional, serta petunjuk pelaksanaan ritual -sebuah warisan budaya berharga dari Sumatera Utara.

Selain pembacaan manuskrip, acara juga dimeriahkan penampilan musik dan tarian
dari Gondang Batak Germany, serta berbagai sajian kuliner khas Indonesia.
Tak kurang dari 200 warga Werpeloh dan komunitas diaspora Batak turut bergembira dengan menari menikmati musik tradisional Batak, dengan gondang (gendang)-nya yang dinamis. Suasana penuh kebersamaan dan keakraban di antara mereka.
Apresiasi RI pada Warpeloh

Pemerintah RI, diwakili Konsulat Jenderal di Hamburg, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Desa Werpeloh dan Batakträgerverein Werpeloh e.V. atas kerja sama dan kolaborasi yang telah terjalin.
Konsul Jenderal RI di Hamburg, Renata Bulan Harungguan Siagian, menegaskan bahwa Rumah Batak Werpeloh bukan sekadar bangunan budaya, tapi juga wujud nyata persahabatan dan kerja sama antara masyarakat Indonesia dan Jerman.
“Rumah Batak dibangun atas dasar rasa saling menghormati, apresiasi budaya dan komitmen bersama untuk mempererat hubungan antar komunitas,” ujar Konjen Renata Siagian.

Sebelum acara, Konjen RI Hamburg juga menandatangani Golden Book di Balai Kota Sögel, sebagai simbol persahabatan dengan masyarakat setempat.
Sementara itu, kepala pemerintahan Sögel, Frank Klaß, menyampaikan apresiasinya atas
terselenggaranya kembali festival budaya Batak tahun ini.
Dalam diskusi dengan Konjen RI Hamburg dibicarakan juga rencana kerja sama, termasuk kerja sama sistercity maupun kerja sama P to P lainnya.***
Sumber: Siaran Pers KJRI Hamburg