Penulis: Sita Phulpin
DRAMA politik Prancis masih belum berakhir. Krisis politik pun terus berlanjut. Pada Senin sore 8 Agustus 2025, Perdana Menteri Prancis François Bayrou terpaksa menghadapi kenyataan pahit.
Sebagian besar anggota parlemen tak memberikan kepercayaannya pada program kerja yang dipaparkannya. Mau tak mau, Bayrou (74), harus mengundurkan diri. Kabinetnya pun jatuh.
Sejak disolusi atau pembubaran parlemen oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, pada 9 Juni 2024, Prancis mengalami ketidakstabilan politik tak berkesudahan. Begitu Bayrou jatuh, oposisi pun bersorak.
Partai ekstrim kanan Rassemblement National (RN) menuntut dilakukan lagi disolusi. Sedangkan partai ekstrim kiri La France Insoumie (LFI) menuntut lebih jauh lagi, pemakzulan presiden yang dituduh penyebab dari segala kekacauan politik saat ini.
Tunjuk PM Ketiga

Macron, yang biasanya mengulur-ulur waktu dalam memilih perdana mentrinya, hanya selang sehari sejak Bayrou mengundurkan diri, langsung menunjuk perdana menteri pengganti. Sébastien Lecornu, orang dekat kepercayaannya, ditunjuk.
Jadilah Lecornu (39) menjabat perdana menteri ke-3 sejak disolusi, setelah Michel Barnier (menjabat September-Desember 2024) dan François Bayrou (menjabat Desember 2024-September 2025).