Berapa lama Sébastien Lecornu bakal bertahan di Hôtel Matignon -kantor sekaligus rumah dinas Perdana Menteri Prancis? Mampukah dia meyakinkan parlemen untuk menyetujui program-programnya beserta anggarannya?

Tanpa anggaran negara, Prancis seolah berjalan tanpa jiwa. Tak ada program penting yang bisa dijalankan.

Krisis politik Prancis ini juga dibarengi krisis sosial, berupa kesulitan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat.

Sejak akhir liburan musim panas, ajakan pemogokan, demonstrasi, bahkan gerakan untuk membuat negeri lumpuh pada 10 September dan 18 September 2025, kembali berdengung, terutama dari golongan politisi kiri.

Sedangkan golongan ekstrim kanan yang tak memiliki tradisi turun ke jalan tampak lebih berhati-hati melihat situasi. Ini dilakukan untuk menjaga citra di mata masyarakat agar tujuan meraih kursi presiden pada 2027 tercapai.

Pengamat sosial: mengkhawatirkan

Pengamat sosial menilai, gerakan ini akan lebih parah daripada gerakan Gillets Jaunes (Rompi Kuning) pada November 2018. Seruan partai-partai oposisi, terutama golongan ekstrim, menuntut turunnya Emmanuel Macron bisa membuat gerakan demonstrasi menjadi lebih panas.

Apakah seruan itu sukses atau tidak, yang jelas masyarakat Prancis telah bersiap-siap untuk tidak bepergian pada tanggal-tanggal tersebut. Apalagi dikhawatirkan transportasi umum bakal tak berjalan normal. Tentu saja ini akan berdampak secara ekonomi bagi Prancis.***

Foto headline: Gedung Parlemen Prancis (Foto: Sita Phulpin)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *