Pertemuan JETC ini adalah momentum yang penting dan strategis di tengah situasi ekonomi dunia yang tidak menentu, karena potensi kedua negara masih sangat besar untuk dimanfaatkan bagi kepentingan timbal balik yang saling mengutungkan.
Indonesia memiliki nilai potensial yang sangat tinggi bagi Swiss, karena memiliki posisi strategis dan merupakan pintu gerbang untuk perdagangan yang lebih luas ke ASEAN dan kawasan yang lebih besar, seperti dalam kerangka RCEO (Regional Comprehensive Economic Partnership) Agreement dan sebagai basis produksi yang kompetitif dan potensial dalam rangka divesifikasi rantai pasok industri global.
Sebaliknya, Swiss juga merupakan mitra yang sangat potensial dari Eropa karena potensi ekonomi dan teknologinya. Kedua negara juga memiliki dasar hukum yang kuat, yakni CEPA dan BIT.
Pertemuan ini juga sangat strategis dalam mempersiapkan kunjungan Menteri Federal Bidang Ekonomi Swiss, Guy Parmelin ke Indonesia pada 30 September – 3 Oktober 2025, dengan membawa delegasi bisnis yang terdiri atas lebih dari 22 CEO perusahaan besar asal Swiss.
Aktifnya partisipasi sektor swasta dalam kunjungan ini juga diharapkan secara konkret akan mendorong peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.
Serangkaian pertemuan telah dijadwalkan untuk Menteri Parmelin, yang sesuai sistem pemerintahan Swiss, juga merangkap sebagai Wakil Presiden Konfederasi.
Pertemuan yang telah dijadwalkan adalah dengan Menko Perekonomian, Menko Infrastruktur, Menteri Investasi dan Hilirisas/Kepala BKPM, Menteri PPN/Kepala BAPPENAS, hingga KADIN. Menteri Parmelin juga dijadualkan untuk melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden RI.
Selain rangkaian pertemuan tersebut, Menteri Federal Swiss juga akan berkunjung ke POLMAN (Politeknik Manufaktur) Bandung dengan menggunakan kereta cepat Woosh, serta untuk melihat sejumlah proyek kerja sama Indonesia dan Swiss di Bandung yang telah berjalan.
“Sektor-sektor potensial kerja sama ekonomi kedua negara dalam bidang investasi, antara lain infrastruktur hijau, termasuk hydro power, waste to energy, medical equipment, farmasi, serta ekonomi digital,” ungkap Dubes Ngurah Swajaya.***
Sumber: Siaran Pers KBRI Bern