Burendag: Tradisi Bertetangga ala Belanda yang Penuh Kehangatan

Salah satu budaya unik yang dirayakan di Belanda adalah kebersamaan antarwarga melalui sebuah tradisi bernama Burendag, atau Hari Tetangga Nasional. (Foto: Yuke Mayaratih)

Penulis: Eva Diyah Wulandari

Deventer, WartaEropa.com – Kalau di Indonesia ada gotong royong dan kerja bakti, di Belanda ada Burendag, Hari Bertetangga Nasional. Sebuah tradisi unik yang setiap tahun dirayakan warga Belanda untuk mempererat hubungan antarwarga di lingkungannya.

Perayaan ini digelar serentak di berbagai kota, termasuk di lingkungan tempat saya tinggal, Colmschate, Deventer. Tidak semua kawasan mengadakannya, tergantung semangat dan inisiatif warganya. Tapi di kampung-kampung, terutama yang penduduknya warga asli Belanda, Burendag hampir selalu hadir dengan semarak. Penduduk desa di sini memang lebih akrab dengan tetangga, berbeda dengan mereka yang tinggal di kota besar.

Aroma Barbeku dan Suara Tawa

Akhir September lalu, kami juga merayakan Burendag di Jalan Brem. Sekitar sepuluh keluarga ikut serta, kebanyakan keluarga muda dengan anak-anak balita. Semangatnya terasa segar dan menular.

Panitia membuat grup WhatsApp untuk berbagi ide, menyusun jadwal, dan mengatur iuran. Setiap orang membayar €25, sudah termasuk hidangan barbeku, aneka kue, dan perlengkapan permainan. Untuk minuman, setiap keluarga membawa sendiri sesuai selera.

Sejak pagi, suasana berubah ramai. Tenda berdiri di depan rumah, jalan ditutup sementara, dan taman-taman kecil di depan rumah tampak sibuk dihias. Ada lomba menghias taman, lengkap dengan hadiah piala kecil bagi pemenang. Bukan hadiahnya yang penting, tapi keceriaan yang tercipta.

Di kawasan Colmschate, Deventer, perayaan Burendag tahun ini digelar pada 27 September. (Foto: Yuke Mayaratih)

Pemerintah setempat juga memberi subsidi untuk membantu biaya makanan dan dekorasi. Dukungan kecil yang berarti besar bagi semangat kebersamaan.

Menjelang sore, aroma daging panggang mulai tercium. Meja-meja kayu penuh dengan daging sapi, ikan salmon, sosis, dan aneka salad. Anak-anak berlarian sambil tertawa, sementara orang tua berbincang santai di bawah tenda. Suasananya sederhana, tapi hangat dan penuh tawa—seperti pesta kecil di halaman rumah sendiri.

Permainan dan Keceriaan

Sore itu, panitia juga menyiapkan beberapa permainan tradisional. Ada sjoelbak, permainan lempar cakram kayu yang populer di Belanda, juga lomba menyusun balok untuk anak-anak.

Rasanya mirip dengan suasana 17-an di Indonesia—ada canda, ada teriakan semangat, ada tawa lepas tanpa beban. Di tengah kehidupan yang serba sibuk, momen seperti ini terasa langka dan berharga.

Di Colmschate, Burendag bukan hanya ajang kumpul, tapi cara sederhana untuk saling mengenal, menyapa, dan merawat keakraban di lingkungan sekitar.

By Redaksi

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *