
Oleh karena itu, kata Dubes Ngurah Swajaya, kolaborasi antara Indonesia dan Swiss sangatlah tepat karena jika kreativitas dipadukan dengan inovasi, terutama di bidang teknologi yang cukup dikuasai Swiss, akan menghasilkan ekonomi kreatif yang unggul.
“Kreativitas Indonesia akan memiliki daya saing dan keunggulan yang kuat bila dipadukan dengan inovasi Swiss dengan menggunakan sains dan teknologi sebagai pendukungnya,” tambah Dubes Ngurah Swajaya.
Sebelum kegiatan Business Matching, Ketua Delegasi Ekraf berdialog dengan perwakilan diaspora Indonesia di Swiss, yang memiliki usaha teknologi kesehatan, kafe, spa, kriya dan lainnya.
Delegasi ekraf juga meninjau store khusus produk advanture Indonesia, Eiger, di Interlaken.
Dalam pertemuan di Dapura Mia, restoran Indonesia yang dimiliki dan dikelola diaspora Indonesia di Zürich, para diaspora sampaikan tantangan dan dukungan yang diperlukan dari pemerintah untuk mendorong ekspansi produk ekraf Indonesia ke Swiss dan Eropa secara lebih luas.
“Diaspora Indonesia selama ini telah menjadi duta bangsa, tidak hanya melalui profesi dan aktivitas masing-masing, tetapi juga melalui kontribusi nyata dalam memperkuat citra dan jejaring Indonesia di Swiss” ujar Lily Savitri, Kepala Bidang Ekonomi KBRI Bern.
Indonesia ingin memiliki industri kreatif dengan kualitas unggul seperti keunggulan daya saing industri Swiss.
Untuk itu, upaya-upaya untuk memperkuat interaksi, baik untuk menembus pasar, maupun meningkatkan kerja sama melalui investasi dengan Swiss menjadi prioritas bagi ekonomi kreatif Indonesia.
Dengan pendekatan yang mengutamakan kolaborasi, inovasi, dan diplomasi ekonomi, diharapkan hasil konkritnya adalah perpaduan kreativitas Indonesia dengan inovasi industri Swiss, sehingga menjadikan produk kreatif Indonesia semakin dikenal, khususnya di Swiss di pasar Eropa lainnya.***
Sumber: Siaran Pers KBRI Bern

