Penulis: Rieska Wulandari
Wartaeropa.com – Piala Dunia di Qatar atau FIFA World Cup Qatar 2022 telah berakhir dengan kemenangan Argentina. Namun, buntut perhelatan sepak bola dunia tersebut masih panjang, dan menyeret sejumlah politisi, staf politik, pelobi, pegawai negeri dan keluarganya di Eropa. Mereka ditangkap dan diadili karena dianggap terlibat dalam korupsi, pencucian uang, dan kejahatan terorganisir yang melibatkan Qatar dan Maroko, dengan imbalan pengaruh di Parlemen Eropa.
Otoritas penegak hukum di Belgia, Italia, dan Yunani menyita sejumlah €1,5 juta uang tunai, komputer dan ponsel, serta mendakwa empat orang. Keempat terdakwa antara lain Wakil Presiden Parlemen Uni Eropa (UE) Eva Kaili, anggota Parlemen UE Antonio Panzeri, Francesco Giorgi, rekan hidup Eva Kaili dan Sekjen LSM “No Peace Without Justice” Niccolò Figà-Talamanca.
Tak hanya mereka, Alexandros Kaili, politikus Yunani sekaligus ayah Eva Kaili, juga Luca Visentini, Sekjen dari International Trade Union Confederation (ITUC) dan Alessandra Moretti juga ditangkap.
Pada 15 Desember 2022, Giorgi mengaku telah disuap oleh pejabat Qatar untuk mempengaruhi keputusan Parlemen Eropa. Dia juga mengaku menerima dana dari pemerintah Maroko. Secara eksplisit, Giorgi juga mengatakan hal itu melibatkan Panzeri, Cozzolino, dan Tarabella.
Adapun Visentini mengaku pada 20 Desember menerima dua pembayaran dari Fight Impunity sebesar €50.000 dan €60.000. Namun dia mengklaim bahwa sumbangan tersebut merupakan kontribusi terhadap kampanyenya untuk kepresidenan dalam lembaga International Trade Union Confederation (ITUC) dan bukan untuk “mempengaruhi posisi [ITUC] di Qatar atau masalah lainnya”.
Investigasi dan Drama Penggerebegan
Pada Juli 2022, Kantor Pusat Penindakan Korupsi, sebuah unit dari Polisi Federal Belgia, membuka penyelidikan terhadap dugaan adanya organisasi kriminal. Investigasi dipimpin Hakim Investigator Michael Clasie.
Berdasarkan hasil investigasi, pada 9 Desember 2022, polisi Belgia melakukan 20 penggerebekan di 19 alamat berbeda di seluruh Brussel sehubungan dengan konspirasi tersebut dan melakukan delapan penangkapan di Belgia dan Italia.
Rumah dan kantor para tersangka digeledah, termasuk kantor di dalam gedung Parlemen Eropa di Brussel.
Sesuai dengan Konstitusi Belgia, Presiden Parlemen Eropa, Roberta Metsola, diharuskan kembali dari rumahnya di Malta untuk hadir dalam penggeledahan properti Eva Kaili dan Marc Tarabella yang memiliki kekebalan diplomatik sebagai Anggota Parlemen Eropa.
Penangkapan pertama terjadi di Hotel Sofitel di Place Jourdan di Brussel di mana penyidik menangkap ayah Eva Kaili, Alexandros. Saat penggeledahan, Kaili berusaha melarikan diri. Namun penyidik menemukan sebuah koper berisi uang beberapa ratus euro.