Penulis: Sita Phulpin
Paris, Wartaeropa.com – Bagai petir di siang bolong, partai ekstrem kanan Rassemblement National (RN) dan aliansinya, gagal meraih impian.
Partai pimpinan Jordan Bardella ini gagal memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif putaran kedua Prancis, yang digelar pada Minggu 7 Juli 2024.
Pada pemilihan dengan tingkat partisipasi masyarakat tertinggi (66,63 persen) ini, RN dan aliansinya terhempas ke peringkat ke-3.
Padahal, pada putaran pertama yang digelar pada Minggu 30 Juni 2024, partai yang didirikan keluarga Le Pen itu jauh memimpin perolehan suara.
Kekhawatiran naiknya RN ke tampuk pimpinan nasional Prancis ini, mendorong warganya mendatangi TPS (Tempat Pemungutan Suara) sebelum berangkat liburan, atau mengirim lettre de procuration (surat kuasa memilih).
Selama ini reputasi RN tak jauh dari diskriminasi dan memainkan SARA (suku, ras, agama dan antar-golongan), di tengah masyarakat Prancis yang multibudaya.
Antusiasme warga Prancis dalam Pemilu ini terasa istimewa, karena bulan Juli adalah bulan liburan. Namun mereka masih menyempatkan diri mencoblos.
Strategi desistement
Bagaimana bisa RN yang begitu kuat bisa tersingkir? Rupanya, pembentukan Front Republicain oleh blok kiri dan tengah yang menerapkan strategi desistement (pengunduran diri), berhasil menggagalkan RN meraih mayoritas kursi parlemen.
Secara tak terduga partai-partai tengah yang tergabung dalam Ensemble berhasil menempati urutan kedua.