Den Haag, Wartaeropa.com – Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda menyatakan duka cita atas meninggalnya salah seorang anggotanya, Muhammad Athaya Helmi Nasution (PPI Groningen), pada 27 Agustus lalu.
Athaya (18), yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Hanze, Groningen, Belanda itu, meninggal saat menjadi pemandu kunjungan kerja (kunker) pejabat DPR, OJK dan Bank Indonesia, di Wina, Australia.
Menurut otopsi forensik, Athaya yang berstatus pelajar itu, meninggal akibat heat stroke (sengatan panas) karena kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan selama memandu para pejabat.
Namun setelah tragedi itu, PPI Belanda menyatakan, tak ada permintaan maaf atau pertanggungjawaban dan transparansi dari pihak event organizer (EO) maupun koordinator Liaison Officer (LO) kepada keluarga Athaya yang datang ke Wina untuk mengurus jenazah.
Alih-alih mengunjungi penginapan tempat almarhum menghembuskan nafas terakhirnya, jelas PPI Belanda, acara kunjungan kerja terus berlanjut. Pihak EO malah mengurus persiapan acara makan-makan para pejabat itu di restoran.
Selain itu, tak ada upaya dari pihak EO, koordinator LO maupun pejabat publik yang hadir untuk menemui keluarga almarhum.
Pihak keluarga menyebutkan adanya indikasi penutupan keterangan dari pihak EO, tentang kegiatan apa dan siapa yang dipandu almarhum di Wina.