Sering Lakukan Gerak Dinamik Aerobik? Jangan Ragu Periksakan Jantung, Sebab Atlet pun Bisa Kena Serangan

Oleh: Claudia Magany *)

SUATU hari, adik ipar kami menelpon dari rumah sakit di kota Treviso, Italia. Sebelumnya, ia pernah juga menelpon saat menemani pacarnya periksa jantung. Tapi hari itu dirinya sendiri yang sedang diperiksa dokter. Serta merta kami terkejut, sebab kondisinya selalu terlihat prima.

Singkat cerita, pacarnya memang sudah rutin periksa jantung. Sebagai pelatih zumba, dia diharuskan untuk cek kesehatan secara berkala. Iseng karena setiap kali hanya menemani, akhirnya ia ikut-ikutan periksa jantung. Kebetulan sedang liburan musim panas. Ia pikir kesempatan baik untuk cek kesehatan. Di sini bisa datang langsung ke lab swasta tanpa rujukan dokter.

Setelah itu, iparku ketat menjaga pola makan. Sore sepulang kerja ia rajin olah raga jalan kaki di seputaran tempat tinggalnya. Ketika tes treadmill, adik ipar tampak baik-baik saja. Tetapi saat mengayuh sepeda statis, napasnya mulai kembang kempis. Dokter langsung memberi rujukan untuk pemeriksaan lanjutan. Hingga akhirnya, ia dijadwalkan untuk pemasangan stent (ring untuk memperlebar pembuluh darah ke jantung), sebab hasil scan terlihat ada sumbatan.

Abang juga kena

Sore ketika ia menelepon, saya ungkapkan kalau abang saya di Jakarta juga sedang menjalani pemeriksaan jantung. Kisahnya juga mirip dengan pengalamannya. Awalnya, saat menemani mama ke rumah sakit, ia iseng-iseng periksa. Alhasil, mama sehat walafiat, tapi abangku ketahuan ada penyumbatan 78 persen.

Sedangkan adik ipar sudah 80 persen. Jadi langsung dijadwalkan segera untuk mendapat tindakan, berupa angioplasti (untuk mengatasi penyempitan pembuluh darah). Dokter bilang, kalau dibiarkan mungkin dalam 2 tahun bisa kena serangan tiba-tiba. Namun hari itu ada pasien lain yang lebih urgent. Jadi iparku dipulangkan setelah seharian puasa dan cuma baring-baring nganggur di kamar, tidak diapa-apakan.

Besok paginya, ia kembali ke rumah sakit. Otomatis, puasa kembali karena persyaratan operasi, perut harus dalam keadaan kosong. Sempat menginap semalam karena selama 24 jam dokter harus memonitor semua proses. Termasuk efek samping setelah benda asing tersebut memasuki badan lewat nadi dari pergelangan tangan.

Setelah tindakan, iparku cerita, ia hanya pegal-pegal di lengan kirinya. Bekasnya tampak hitam memanjang. Ia juga harus meminum obat setiap hari, seumur hidup, untuk menjaga cinci berupa kawat berongga, agar tetap bersih. Efek positif yang dirasakannya, napasnya serasa bayi baru lahir. Plong. Naik turun tangga tak lagi ngos-ngosan seperti sebelum operasi.

Sedangkan abang saya, menurut mama saya, pada akhir Agustus pasang kateter. Sependek pengetahuan saya, kateter itu berhubungan dengan urin. Tapi kok yang dikirim gambar-gambar jantung? Jadi saya cross check kembali kata ini. Rupanya yang dimaksud itu kateterisasi jantung.

Besok paginya, mama mengirim foto abang saya melakukan kegiatan rutin harian di rumah, seolah tidak terjadi apa-apa. Teman-temannya ingin datang membesuk, tapi dilarang. Rupanya, secara mental ia sempat down. Dokter tidak menerangkan apa itu kateterisasi secara rinci. Jadi waktu ia mengusulkan untuk ditunda dulu, maksudnya ingin cari alternatif lain sebelum pemasangan ring, ternyata dokter sudah selesai memasang.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *