Penulis: Yuke Mayaratih

Ratih Ayu, perempuan asal Semarang yang sudah 16 tahun menetap di Belanda, sukses menjadi juragan nasi bakar yang diberinya nama Nasi Bakar OTW. Awalnya coba-coba, ternyata banyak yang suka. Bukan hanya warga Indonesia di Belanda, tapi warga Belanda asli banyak yang menyukainya. Pesanan semakin banyak, bukan lagi lima-sepuluh bungkus, melainkan ratusan bungkus. Bahkan ada pesanan dari Prancis dan Jerman. Keuntungannya dari bisnis ini tidak main-main.  

Dibawa sampai ke Paris

Paket lengkap Nasi Bakar OTW buatan Ratih Ayu. (Yuke Mayaratih)

Ratih tak pernah menyangka kalau ada pelanggan yang memesan ratusan bungkus nasi bakar untuk dibawa ke Paris, Prancis. “Saya sampai deg-degan, karena nasi bakar itu kan ada santannya, khawatir basi dan nggak bisa dimakan lagi. Yang pesan itu grup arisan. Mereka memang berencana bikin acara di Paris dengan bekal nasi bakar buatan aku,” kata Ratih.

Kabar enaknya Nasi Bakar OTW buatan Ratih ini ternyata terdengar juga sampai ke warga Indonesia yang tinggal di Jerman.  “Ada juga pelanggan yang ingin supaya nasi bakar itu dikirim via pos. Tapi aku nggak mau karena khawatir basi selama pengiriman. Selain karena nasi bakar itu mengandung santan juga karena dibungkus pakai daun pisang. Jadi rentan basi. Solusinya, mereka yang dari Jerman atau Antwerpen dan Brussel-Belgia biasanya datang ke point place di Amsterdam,” kata Ratih.

Saat bulan puasa, ada pelanggan yang rutin memesan nasi bakar sampai 100 bungkus setiap Sabtu dan Minggu. “Katanya sih untuk acara buka puasa bersama di masjid kota Den Haag,” kata Ratih. Ada satu pengalaman yang cukup mengagetkan perempuan berperawakan mungil itu, yaitu saat harus membuat nasi bakar dengan bahan baku 70 kilogram ayam.

Ratih menjual nasi bakar komplit seharga 5 euro (sekitar Rp 85.000) per bungkus. Isinya terdiri atas nasi bakar (nasi petai, ikan asin, dan ayam suwir), ditambah ayam bakar, tahu tempe bacem, krupuk, sambal lalapan ketimun dan tomat cherry. “Itu aja 5 euro karena murah dan enak. Makanya rame banget permintaan. Karena murah dan enak. Begitu kata pelanggan aku,” jelas Ratih.

Kini, Nasi Bakar OTW langsung diambil pembeli dari Deventer

Melayani permintaan pelanggan hingga ratusan bungkus saat weekend. (Yuke Mayaratih)

Setelah sempat terhenti beberapa waktu, Nasi Bakar OTW kini bisa diorder lagi lewat inbox FB Ratih Ayu. Namun nasi bakar tidak didrop ke point place di beberapa kota seperti sebelumnya, melainkan pembeli langsung mengambil ke kota Deventer; ke rumah Ratih atau didrop di Stasiun Kereta Api Deventer.

Pesanan pertama sejak produksi nasi bakar stop sementara karena suatu sebab, terjadi pada 2020, saat seorang warga Indonesia yang tinggal di Amsterdam memesan 100 porsi nasi bakar, dan mengambil sendiri ke rumah Ratih.

Setelah itu, ada warga Indonesia yang tinggal di Jerman, jauh-jauh sengaja datang ke Deventer untuk mengambil pesanan nasi bakar Ratih.

Pelan-pelan usaha Ratih mulai bangkit kembali dan mulai menerima pesanan partai besar, seperti untuk acara rapat kerja di Hotel. “Pesannya juga udah mulai ratusan porsi lagi seperti dulu,” kata Ratih dengan nada riang.

Tak layani permintaan via pos

Sebelumnya, Nasi Bakar OTW diambil di point place, seperti di Stasiun Amsterdam atau Utrecht. Tapi sekarang, para pelanggan mengambil pesanan di rumahnya di Deventer. (Yuke Mayaratih)

Sejak pandemi COVID-19 dan lock down, banyak permintaan nasi bakar yang dikirim via pos. Tapi Ratih belum sanggup memenuhinya, karena keterbatasan tenaga.

Harga nasi bakar Ratih sekarang naik menjadi 6 euro (sekitar Rp 102.000) per bungkus. Harga itu untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga bahan makanan di toko Asia, sejak terjadi pandemi. Meskipun harga nasi bakar buatan Ratih naik 1 euro, tak seorang pelanggan pun yang mengajukan keberatan. Mereka memakluminya. Bahkan ada yang mengatakan, kalau pun harganya naik sampai 7,25 euro, itu masih dinilai wajar.

Bagi Ratih, berjualan kuliner memang sudah menjadi hobi dan sudah mendarahdaging di keluarganya. Dia sangat bahagia melihat pelanggannya puas. Jadi bukan semata-mata karena bisnis/uang. “Saya memasak ‘pakai hati’,” kata Ratih.

Awal berjualan nasi bakar juga karena dukungan suaminya. “Saya nggak mungkin berhasil kalau nggak ada support dari suami. Termasuk yang membawa makanan ke point place. Tapi sekarang para pelanggan harus mengambil sendiri ke Deventer. Saya paling mengantarkan pesanan sampai ke stasiun kereta api.

Keuntungan nasi bakar bisa biayai haji orangtuanya

Anda yang di Belanda, bisa pesan Nasi Bakar OTW lewat inbox FB Ratih Ayu. (Yuke Mayaratih)

Dari keuntungan bisnis nasi bakar ini, Ratih bisa membayari uang muka kedua orangtuanya berhaji, membeli IPhone keluaran terbaru, dan berliburan ke Indonesia dengan suami dan kedua anaknya. Itu juga masih banyak lebihnya.

“Terus terang uang yang saya dapatkan belum saya kelola secara profesional, jadi masih berantakan secara pembukuan,” ujar Ratih, yang berencana mengangkat asisten untuk memperlancar pekerjaannya.

Saat ini, perlahan tapi pasti Nasi Bakar OTW buatan Ratih sudah mulai beredar lagi. Anda yang tinggal di Belanda dan masih penasaran dengan Nasi Bakar OTW buatan Ratih, bisa order di inbox Facebook Ratih Ayu. (Tamat)

Baca juga: Nasi Bakar OTW Viral di Belanda, Lalu “Diekspor” ke Prancis (1)

Editor: Tian Arief