Momen untuk buka kebenaran
Politikus yang juga ekonom itu juga mengatakan bahwa dalam pertemuan G-7 terdapat diskusi yang menarik, antara lain para pemimpin berkesempatan untuk mendengarkan paparan Sekjen PBB Antonio Guterres, tentang permainan dalam negosiasi untuk membuka blokir ekspor biji-bijian dan pupuk.
“Di Kyiv, saya mengatakan bahwa inisiatif di bawah naungan PBB mungkin satu-satunya alternatif yang mungkin, ada upaya individu oleh Turki. Sekarang, dalam arti tertentu, kedua hal ini telah bersatu dan telah menghasilkan sebuah rencana yang akan saya ceritakan nanti,” ujarnya.
Ia juga memaparkan informasi yang disampaikan Presiden Senegal, Macky Sall, yang juga menjabat sebagai Presiden di Kantor Uni Afrika, bahwa bagi Afrika, pupuk sama pentingnya dengan biji-bijian, karena 4/5 sereal yang dikonsumsi di benua tersebut diproduksi di sana. Oleh karena itu perlu ada pupuk untuk memproduksinya.
“Berkenaan dengan rencana dan peluang keberhasilannya, Sekjen PBB mengatakan bahwa kita sekarang mendekati momen kebenaran, untuk memahami apakah Ukraina, dan terutama Rusia, akan bersedia menandatangani perjanjian yang akan memungkinkan biji-bijian meninggalkan pelabuhan. Situasinya harus dibuka dengan cepat, karena akan diperlukan untuk menyimpan hasil panen baru yang akan datang pada September mendatang,” tuturnya.
Menurut Draghi, G7 mendukung sejumlah langkah penting untuk mengurangi biaya energi. Semua pemimpin sepakat dengan perlunya membatasi pembiayaan yang diberikan kepada Putin di Rusia. Pada saat yang sama penyebab utama inflasi ini perlu dihilangkan.
“Kami telah memberikan mandat kepada menteri kami untuk ‘segera’ bekerja tentang bagaimana menerapkan batas harga pada gas dan minyak; Komisi Eropa juga mengatakan bahwa mereka akan mempercepat pekerjaannya pada batas harga gas dan ini adalah keputusan yang disambut baik oleh Italia,” ujar Draghi. []
Foto headline: Presiden Rusia Vladimir Putin (Mikhail Klimentyev/ Sputnik/AFP via Getty Images)