Konsul Kehormatan Marteen Blockeel mengatakan, pameran ini tidak besar, tetapi benda-benda yang dipamerkan sangat menarik. Apalagi dilengkapi dengan booklet kecil yang menerangkan setiap benda budaya yang dipamerkan.
Di tengah Perpustakaan Kris Lambert, KBRI juga menampilkan beberapa komoditas unggulan Indonesia yang merupakan produk impor favorit di Belgia, seperti kopi, teh, rempah, cokelat dan lain-lain. Bagian ini memperlihatkan Indonesia sebagai mitra ekonomi penting bagi Belgia. Di pojok lain, perpustakaan ini memamerkan koleksi buku mereka terkait Indonesia, seperti buku-buku perjalanan, kajian sosial, dan mitologi Indonesia.
Melengkapi program bulan budaya Indonesia tersebut, KBRI Brussel menampilkan pergelaran budaya Indonesia di alun-alun yang berada di depan gedung perpustakaan, pada Sabtu (10/9). Pergelaran budaya tersebut dibawakan oleh diaspora Indonesia di Belgia. Mereka menyuguhkan tari Merak, tari Belibis, tari Sajojo, dan pertunjukan musik Angklung oleh sanggar Sriwijaya.
Sebagai puncak acara, tampil pertunjukan kelompok kesenian Reog Ponorogo, yang mengundang decak kagum dari para penonton. Kehadiran kelompok Reog Ponorogo, dengan kostum luar biasa besar dan berat, yang disebut Singo Barong (berwujud kepala singa) atau Dhadhak Merak ini, merupakan kerja sama KBRI Brussel dengan Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.