Warung Konsuler, Solusi bagi WNI yang Jauh dari KBRI

Salah satu pelayanan di Warung Konsuler Catania. (Foto: Dok. KBRI Roma)

Diproses secara cermat

Syarat-syarat yang terlihat mudah, yaitu bawa berkas yang telah disiapkan, mendaftar, sidik jari, foto, dan tandatangan. Namun dalam praktiknya, semua proses membutuhkan waktu minimal 30-40 menit per orang. Pasalnya semua proses harus dikerjakan dengan seksama, secermat mungkin untuk menghindari kesalahan data, baik dalam penulisan, tanda baca, dll.

Setiap pemohon juga perlu menyampaikan daftar dokumen yang dibutuhkan untuk pembuatan atau perpanjangan paspor melalui email terlebih dahulu, sehingga KBRI Roma dapat memasukkan data tersebut dalam SIMKIM.

Pada saat rekam sidik jari dan foto, koneksi dengan SIMKIM di Pusat juga perlu dijaga, sehingga data-data termasuk rekam sidik jari dapat dibaca oleh sistem di Pusat. Tidak jarang, sidik jari yang terekam tidak dapat terbaca sehingga harus dilakukan perekaman ulang.

Warung Konsuler di Calabria. (Foto: Dok. KBRI Roma)

 

Soal kolom tanda tangan di paspor

Paspor saya yang diurus bulan Juni lalu di Sassuolo, kini sudah tuntas. Namun adanya keharusan kolom tanda tangan di paspor baru, yang beritanya cukup heboh, membuat saya mendaftar ulang untuk penambahan kolom ini.

Prosesnya ternyata sangat cepat, tak sampai 10 menit. Kolom tanda tangan pemegang diterakan pada halaman 4, 5 atau 47, pada paspor. Kemudian divalidasi oleh pejabat yang berwenang. Dan tentunya data paspor harus dicatat oleh panitia.

Kabar soal paspor Indonesia yang ditolak oleh Kedutaan Besar Repubik Jerman di Jakarta memang sempat menjadi isu hangat, bulan lalu. Kita tidak bisa menyalahkan Kedutaan Besar Jerman, sebab berpatokan pada aturan ketat penerbangan ICAO (International Civil Aviation Organization).

Paspor dianggap tidak sah tanpa tanda tangan pemegang. Padahal paspor terbitan baru (2019) yang dikirim ke KBRI-KBRI, umumnya paspor dengan format tanpa kolom tanda tangan.

Di Jakarta, keluhan datang dari sebagian pelajar dan mahasiswa yang terkendala karena visa mereka tidak bisa diproses. Untungnya, pemerintah juga sigap menangani hal ini sehingga masalah pun teratasi.

Kalau mau jujur, isu ini tidak berdampak buat saya karena tinggal di Italia dan punya carta di soggiorno. Seandainya saya ingin mengunjungi kota-kota di Jerman sana, saya tidak perlu mengajukan visa. Tapi karena hari esok adalah misteri, kita semua tidak pernah tahu misteri selama 5 tahun ke depan. Lagipula, Warkons kali ini cukup dekat dengan tempat tinggal saya.

*)Warga Indonesia, tinggal di Italia. 

Foto headline: Tampak depan Warung Konsuler Treviso/Restoran Feria. (Foto:  Claudia Magany)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *