Pertunjukan Reog Ponorogo
Upacara pembukaan IFF 2022 dimeriahkan dengan pergelaran seni budaya dari berbagai daerah Indonesia, seperti Tari Puspa Mekar oleh Sanggar Ayu Bulan; Tari Laksmita Alep Ngayogyakarta oleh Provinsi DI Yogyakarta; Tari Burung Enggang dan Tari Rebana oleh Provinsi Kalimantan Barat; serta Tarian Medley Pesona Sulawesi oleh Pelestari/Belantara Budaya.
Acara semakin semarak dengan adanya permainan alat musik tradisional Indonesia dari Gamelan Wacana Budaya binaan KJRI Frankfurt dan musik Sape dari Kalimantan Barat.
Rangkaian pertunjukan, pameran, festival kuliner, serta workshop terus berlanjut di hari kedua dan ketiga IFF.
Pemkab Ponorogo ikut berpartisipasi dalam IFF dengan menghadirkan Reog Ponorogo. Kelompok Reog yang terdiri dari 14 seniman dari berbagai sanggar di Ponorogo ini tampil selama dua hari berturut-turut di IFF.
Selain pentas di panggung Titus Forum dan mengadakan workshop, Reog Ponorogo juga tampil di alun-alun Roemer. Alun alun ini merupakan ikon kota tua Frankfurt. Atraksi reog ini selalu mendapatkan sambutan meriah di manapun mereka tampil.

Pemprov DIY tampilkan booth terbesar
Pengusaha UMKM DIY (Jogja), Ummayah, hadir di IFF dengan membawa produk natural fiber, seperti karpet dan keranjang. Ia juga mewakili para pengusaha UMKM Jogja yang tidak dapat hadir namun produknya dibawa ke ajang IFF.
Ummayah merasa gembira karena pada hari terakhir IFF, semua produk yang dibawanya habis terjual. Apalagi ia kedatangan buyer (pembeli) yang punya bisnis di Belanda dan Jerman, “Produk kami terbeli semua oleh mereka,” ujarnya dengan nada puas.
Pemprov DIY hadir dengan booth paling besar di IFF, dengan mebawa 40 personel.
Kepala Dinas Perizinan dan Penanaman Modal DIY sekalilgus ketua delegasi DIY di IFF, Agus Priono M. Ec, kepada Warta Eropa menjelaskan, empat di antara anggota rombongan adalah pelaku UMKM bidang kerajinan.
Pada business forum di IFF, mereka bertemu dengan sejumlah pelaku bisnis Jerman yang tengah mencari briket arang kelapa dan palet untuk sistem pemanas (heating system) senilai 800.000 euro atau sekitar 12 milyar rupiah. Saat ini Jerman tengah menghadapi krisis energi menjelang musim dingin.
Sementara itu, barang-barang dari 20 UMKM Yogyakarta yang dipamerkan di festival ini laku keras. Seperti tas anyam dari bahan organik, meubel kayu, dan keranjang, merupakan produk andalan yang dipamerkan.
Selama tiga hari pameran, DIY mencatat penjualan senilai Rp 65 juta dan oder senilai Rp 2,3 milyar.

Sister city
Agus Priono mengatakan, dalam IFF ini, delegasinya aktif mempromosikan berbagai bidang yang ikut serta dalam business forum, tourism forum, culture forum dan workshop gamelan.
“Kami juga mengadakan penjajakan untuk kerja sama sister city dengan kota Koeln. Program sister city ini harus melewati 11 tahapan. Kita akan coba kerja sama ini,” tuturnya.
Destinasi destinasi wisata baru di Jogja dipromosikan di IFF dengan hadirnya kepala badan promosi Pariwisata DIY, GKR Bendhoro.
“Di IFF ini kami tidak hanya mempromosikan wisata budaya tetapi kami juga membuka peluang untuk investasi dari Jerman ke Jogja. Ada beberapa destinasi yang kami perkenalkan kepada pasar Jerman, seperti desa wisata, sebagai visi dari gubernur kami, dimana sudah saatnya merambah mancanegara,” kata putri bungsu Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X itu.[]
Editor: Tian Arief