Jadi kalau ada kue dengan bahan: 40 butir kuning telur, kepala mereka akan langsung menghitung kalori yang terkandung dalam kue itu, meski kita ngotot dengan mengatakan kue ini enak. Mereka akan bilang, “No, grazie.” (tidak, terima kasih).

- Waktu adalah bumbu utama
Bagi orang Italia, selain material premium, mereka juga mempertimbangian waktu sebagai bahan bumbu utama.
Oleh karena itu jangan heran kalau keju parmesan membutuhkan waktu 12, 36 bahkan 45 bulan dalam proses pembuatannya. Wine butuh waktu sampai 9 bulan, dan ham 8-24 bulan.
6.Tidak sembarang mencampur
Bagi orang Italia ada pantangan dalam mencampur makanan tertentu, karena memandang dua hal: kandungan kalori dan rasa.
Makanan laut misalnya, tak perlu ditaburi parmesan, karena cita rasa makanan laut akan rusak oleh kuatnya rasa keju parmesan. Carbonara tak perlu diberi krim panna (ternyata susu). Cukup telur saja.

- Prinsip menu Italia rusak oleh Amerika dan UK
Banyak orang di seluruh dunia, misleading dengan makanan Italia. Sebab mereka mendapat informasi tentang makanan Italia dari program berbahasa Inggris, seperti dari Amerika atau Inggris. Acara semacam ini sudah tak lagi membawakan resep orisinal. Biasanya host program masakan menyesuaikan dengan bahan lokal dan selera pemirsa Amerika dan UK, tanpa memandang keaslian resep dari negara asalnya.
- Banyak mitos
Akibat menu Italia dibawakan oleh chef non Italia, banyak mitos mengenai masakan Italia yang salah kaprah, misalnya memasukkan minyak zaitun pada saat merebus pasta. Oh tidak! Minyak zaitun adalah bahan berharga, Memasukkannya pada saat merebus pasta adalah tindakan paling sia-sia dan paling tak berterima kasih pada alam. Itu sama dengan membuang minyak paling berharga.
Carbonara menggunakan krim panna. Sebetulnya carbonara hanya dibuat dengan telur mental yang dikocok dan dicampurkan dengan pasta, keju parmesan parut dan guancale (daging olahan bagian pipi babi) saat pasta baru diangkat dari air, masih panas!
Jadi kalau ada orang membuat carbonara dengan bahan berbeda, dijamin itu bukan carbonara.

- Minim jenis bumbu
Orang Italia bangga bila material makanan tidak terlalu banyak, artinya mereka mampu membuat makanan enak dan sehat dengan bahan terbatas, jangan heran kalau pergi ke supermarket ada tulisan dalam paket makanan: hanya enam ingredients (bahan). Artinya mereka mampu mengolah bahan minim dengan hasil maksimal.
- Suka rasa asli dan jarang pakai MSG
Orang Italia sangat menghargai cita rasa asli dari setiap bahan makanan yang disajikan. Lidah mereka dilatih sejak kecil untuk mendeteksi bahan makanan yang masuk. Sehingga saat menyuap makanan ke dalam mulut, mereka tahu persis apa saja bahan yang menyebut indera perasa mereka.
Mereka bisa dengan detail menyebutkan material dan bumbu pada makanan yang mereka kunyah, meski mereka tak ikut memasak di dapur.
Oleh karena itu, orang Italia tahu bahwa secara natural daging, bawang putih, jamur menghasilkan citarasa MSG. Jadi buat apa mencampurkan MSG kimia kalau bahan natural sudah punya citarasa MSG itu sendiri. Absurd bagi mereka kalau harus menambahkan bahan kimia padahal bahan natural sudah ada.

- Dapur harus lengkap dan resik
Dapur orang Italia bagai bengkel. Kebanyakan ibu rumahtangga membuat semuanya dari nol. Bahkan mereka mengolah bahan kebun, pertanian, peternakan sendiri, sehingga mereka bisa bertahan berbulan-bulan secara mandiri. Karena mampu mengolah sekaligus mengawetkan bahan makanan. Semua ini tak bisa dilakukan kalau dapur tak resik Karena higienis adalah prinsip mengawetkan bahan makanan hingga kuat bertahun-tahun. Dan itulah mengapa, makanan Italia bisa digdaya, mengantar manusia pada peradaban yang kuat selama hitungan millennium. []