Kaki saya dikompres salju yang dimasukkan ke dalam sarung tangan karet. Lumayan, nyeri kaki agak mereda, tapi tetap belum bisa saya gerakkan.
Mendengar histori kejadian, paramedis meminta kami segera ke rumah sakit, karena khawatir ada yang patah (tapi saya yakin tidak patah, sebab masih bisa berjalan), atau salah posisi. Sebab kaki saya tak bisa menekuk.
Kereta gantung pun dihentikan sementara. Saya dievakuasi ke dalam salah satu gerbong kereta. Kemudian turun ke arah zona parkir kendaraan.
Di mobil, suami menyetir, dan saya duduk di depan dengan kaki lurus. Sedangkan anak-anak duduk di belakang dengan wajah khawatir. Butuh 1 jam dari Champorcher untuk mencapai rumah sakit Aosta.
Rumah sakit regional itu satu satunya yang punya bagian ortopedi. Fasilitas kesehatan yang dikelilingi gunung maha dahsyat dan situs-situs ski ternama, mulai dari Cervinia Matterhorn Mountain-Monte Rossa, Courmayeur, Champoluc, Grassoney, Pila, La Thuile itu, cuma punya satu dokter ortopedi.
Saya tiba jam 5 sore di ruang gawat darurat. Petugas langsung mendata, lalu melepas sepatu ski yang saya pakai. Pantas menyiksa, karena berat sekali.
Dibantu dua perawat, akhirnya sepatu ski berat itu pun berhasil dilepas. Saya tak berani membuka sendiri, selain karena nyeri, takut malah bikin dislokasi lutut. Setelah sepatu dibuka, agak enteng rasanya.
Ada satu yang membikin takjub. Meski semua perawat sibuk setengah mati, namun mereka tetap bersikap ramah dan hangat kepada pasien.
Saya harus menunggu 1 jam karena ada setidaknya 20 pasien dari berbagai resor ski yang mengalami cedera dengan kondisi yang berbeda-beda.
Saya kemudian dipanggil ke bagian ortopedi. Astaga, antrian mengular. Saya harus menunggu lagi selama 2,5 jam.
Iseng-iseng saya lihat pasien lainnya. Ada yang dilarikan ke ruang radiologi, ada pula pasien yang datang dari ruang radiologi,dibawa pakai kursi roda. Dari balik pintu saya mendengar erangan mereka. “Aaahhh! Uhhhh! Aaawwww! Aiutooo! (tolong). Pertanda dokter sedang melakukan proses reparasi.
Di antara pasien yang mengantri, ada yang jarinya teramputasi, leher digips, lengan digendong pakai syal, pundak yang dibebat, dan berupa-rupa keluhan.