Buka Angkringan di Belanda Tanpa Warung. Kok Bisa?

Di tahun pertama, Ary, Latifah dan Shanti membuka PO (puchasing order) setiap hari. Mereka secara bergantian memasak dan menyiapkan pesanannya. Seiring berjalannya waktu, ditambah kesibukan masing-masing, saat ini Angkringan Leiden hanya buka PO dan menerima pesanan satu kali dalam seminggu.

Pada hari Minggu, Ary akan membuka PO untuk hari Senin. Dia akan membatasi pesanan sesuai dengan kemampuan tenaga, waktu dan bahan baku. Rata-rata pesanan yang diterima mecapai 50 hingga 60 porsi.

Area pengiriman juga dibatasi maksimal 3 kilometer dari rumah Ary, kecuali si pemesan mau mengambil sendiri.

Pembayaran dilakukan bisa secara tunai atau transfer. Setelah semua orderan terkirim, maka Ary akan mengirimkan tikkie (aplikasi pembayaran) kepada pemesan.

Salah satu hal yang menarik dari Angringan Leiden ini adalah sistem pengiriman yang melibatkan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Leiden. Di awal pembentukan Angkringan Leiden ini, pengiriman pesanan ini dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam PPI. Untuk 1 porsi diberikan uang jasa senilai €0,75. Sebanyak 25% dari uang jasa itu untuk kas PPI. Sedangkan 75%-nya untuk si pengirim.

 

Kegiatan sosial

Di tengah kesibukannya bekerja di dua restoran dan mengelola grup Angkringan Leiden, pria yang mempunyai hobi main bola ini tetap menyediakan diri untuk melakukan kegiatan sosial.

Bersama relawan Yayasan Java Village di acara Wereldfair 2022 (Foto: Anastasia S.)

Ia secara rutin mendukung kegiatan Yayasan Java Village di acara Wereldfair di Leiden. Ary ikut aktif memasak dan berjualan di acara Wereldfair ini. Seluruh keuntungan dari penjualannya dia sumbangkan untuk Yayasan Java Village.

Pengalaman yang tidak dia lupakan adalah turut mendampingi Chef Eduard Roesdi menjamu tamu-tamu dari Indonesia dan Belanda di tram kota Rotterdam pada 25 November 2022. Dalam acara Bussiness Matching Kementerian Pertanian & Alumni Institut Pertanian Bogor dengan pengusaha-pengusaha di Belanda untuk menyalurkan komoditas pertanian Indonesia ke Belanda ini, masakan yang disajikan menggunakan bahan komoditas Indonesia yang akan ditawarkan masuk ke Belanda.

Bersama Chef Eduard Roesdi di Tram Rotterdam. (Foto: Koleksi pribadi)

Bagi Ary tantangan terbesar selama tinggal di Belanda adalah melawan rasa malas ketika cuaca di luar tidak bersahabat.

“Tetap bergerak, tetap aktif dan semangat adalah kunci utama untuk tetap bisa bertahan di sini,” ungkap Ary, yang merencanakan pada Februari 2023 kembali ke Tanah Air, menyusul istri dan putrinya yang telah lebih dulu sampai di Yogyakarta. []

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *