Penelitian kemudian dilanjutkan pada 1988, yang melibatkan Ilmu Komputer, Matematika, Antropologi, Sejarah Kemanusiaan, Hukum Penyaliban, Pemerintahan Romawi dan sebagainya, yang menghasilkan cabang ilmu baru yaitu SINDONOLOGY (dari kata dasar Sindone, kain kafan).
Perjalanan Kain KafanBagaimana kain ini bisa tiba di Torino? Kain kafan Turin memiliki perjalanan panjang dan diperkirakan pernah disimpan di Konstantinopel (Istanbul), kemudian masuk ke Eropa pada tahun 1353. Pada 20 Juni, ksatria Goffredo (Geoffroy) membangun sebuah gereja di kota Lirey tempat dia tinggal, dan menyumbangkan selembar kain kepada gereja. Ia menyatakan kain tersebut adalah Kain Kafan yang membungkus tubuh Yesus. Namun dia tidak menjelaskan bagaimana dia bisa memilikinya.
Kain ini kemudian berganti-ganti pemilik, hingga pada tahun 1453, Bangsawan Savoy dari Prancis, membelinya. Pada 1457 Savoy menyimpan Kain Kafan itu di ibu kota mereka, Chambery.
Kapel kebakaran
Pada malam antara tanggal 3 dan 4 Desember 1532, kapel tempat Kain Kafan disimpan terbakar habis dan hampir menghanguskan seluruh kain kafan.
Seorang anggota dewan adipati, dua biarawan dari biara terdekat serta beberapa pandai besi mendobrak gerbang dan berhasil menyelamatkan relik perak, yang sudah dilalap api.
Namun beberapa tetes perak yang mencair itu jatuh tepat di atas lembaran kain kafan dan membakarnya di beberapa titik.
Kain Kafan itu kemudian diserahkan kepada biarawati ordo Santa Clara Chambery, yang ditugasi untuk memperbaikinya.
Pada 1535 Kadipaten Savoy berperang: Duke Charles III harus meninggalkan Chambery dan membawa Kain Kafan bersamanya.
Pada tahun-tahun berikutnya lembaran itu mengembara ke Turin, Vercelli dan Nice; pada tahun 1560 Emanuele Filiberto, penerus Charles III, membawa Kain Kafan itu kembali ke Chambery, dan disimpan selama delapan belas tahun.

Pindah ke Turin
Keluarga Savoya memindahkan ibu kota kadipaten mereka dari Chambery ke Turin pada 1563. Pada 1578 Adipati Emanuele Filiberto memutuskan untuk membawa Kain Kafan itu ke sana juga.
Alasan pemindahan Kain Kafan ke Turin ini diperkuat ketika Uskup Milan, Carolus Borromeus, yang berhasil mengatasi wabah di Milan. Ia menyatakan akan menuntaskan nazarnya dengan berjalan’ kaki, berziarah melihat Kain Kafan.
Bangsawan Savoy memahami bahwa Carolus Borromeus terlalu sepuh untuk melakukan perjalanan ziarah sampai ke Chamberry, dengan memindahkan kain kafan ke Turin, maka ziarah bisa ditempuh dalam waktu lima hari saja.
Carolus Borromeus yang berhasil menghapus wabah di Milan, berhasil melakukan nazarnya.
Sejak itu Kain Kafan itu tidak lagi dibawa kembali ke Chambery: dan tetap berada di Turin.
Masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta dan Bandung, mengenal Carolus Borromeus sebagai nama rumah sakit yang berlokasi di Jakarta dan Bandung.
Di Italia, Carolus Borromeus dinyatakan sebagai orang suci, mengingat kiprah dan teladannya yang total dalam menghadapi wabah saat ia bertugas sebagai uskup di kota Milan hingga Milan berhasil mengatasi wabah tersebut.
(Bersambung)