Puncaknya, warga diaspora bersama orang-orang Finlandia tumpah ruah menari mengikuti irama Gemu Fa Mi Re, yang kini dikenal sebagai musik wajib tarian dan senam massal.
Tak hanya dari aspek seni, diplomasi kebudayaan di Helsinki itu juga turut mendatangkan delegasi asal Kabupaten Sumedang, yang menampilkan olahan kopi-kopi varian Nusantara. Juga berbagai kerajinan tradisional dalam bendera Pesona Manikam.
Peserta pameran tidak terbatas dari Indonesia saja. Perusahaan furnitur asal Finlandia, Parolan Rottinki, ikut serta menghadirkan contoh produk kursi dan hiasan rumah berbahan rotan asal Indonesia.
Di sisi lain, pengunjung yang membawa anak memadati Kid’s Corner, yang menggelar permainan tradisional, seperti congklak dan jasa lukisan wajah yang sangat digemari anak-anak.
Festival Indonesia-Finlandia ini diharapkan bisa menjadi agenda tahunan, serta melibatkan warga diaspora sebagai motor penyelenggaraan di masa mendatang.
Acara pada tahun ini, menurut para pengunjung, lebih meriah dibanding festival perdana tahun lalu, meski tak lagi digelar dua hari berturut-turut.
Pengunjung silih berganti datang karena lokasi acara yang strategis di dekat mal besar serta stasiun kereta penting di Ibu Kota Helsinki.