Atlet Indonesia tak sekadar berlaga, tapi juga harus tampil sebagai juara. “Ini sangat penting karena sebagai salah satu syarat tiket mengikuti Olimpiade 2024 di Paris,“ imbuh Hendra.
Peluang untuk menjadi juara cukup besar. Anak asuh Hendra Basir, terutama untuk katagori speed climbing, sering juara di mana-mana. Dalam ranking dunia, baik perorangan maupun sebagai tim, mereka nomor satu dunia.
“Terakhir kami juara di Chamonix, Prancis, awal Juli lalu, putra dan putri dapat emas,“ tegas Hendra. Rekor pemanjat tebing tercepat juga dicatat atlet Indonesia.
Kendati optimisme menggunung, perjuangan di Bern ini tidak mulus amat. Penginapan sulit. Jikapun ada, ongkosnya tidak sesuai bajet mereka.
“Syukurlah, akhirnya kami mendapatkan akomodasi yang layak,“ tegas Yuni Lauterjung, warga Indonesia yang membantu pengurusan akomodasi tim Indonesia di Swiss.
Di tengah tengah persiapan perhelatan panjat tebing internasional ini, IFSC, Federasi Panjat Tebing Dunia, menjadi sorotan. Payung induk organisasi panjat tebing internasional ini, dianggap kurang perhatian terhadap kesehatan atlet panjat tebing.