The Rivers, Band Indonesia di Belanda yang “Mengalir” Seperti Sungai

Kemudian mereka bertemu Rully, seorang mahasiswa di Den Haag. Jadilah grup musik dengan empat anggota, yaitu Ajo, Junaedi, Iane dan Rully.

Tidak dibayar

Ajo Chudria. (Foto: Dok Ajo Chudria)

Untuk pertama kalinya, kelompok Ajo dkk yang saat itu belum memiliki nama, tampil di acara AKSI (Ajang Kreasi Seni Indonesia) di Amsterdam.

Kemunculan band The Rivers pada 2018 itu membuat keberadaan mereka makin dikenal.

Lalu secara beruntun mereka mendapat undangan untuk mengisi acara yang digelar AKSI. Termasuk saat ada acara penggalangan dana untuk korban bencana di Indonesia.

Saat itu, kata Ajo, mereka tampil di pentas musik hanya sekadar having fun.

“Kami senang karena pada akhirnya punya komunitas musik Indonesia di tanah rantau. Konsepnya minimalis. Karena kami kan hanya berempat saat itu. Meskipun tanpa bayaran, kami puas bisa bermain bersama, ada penonton yang juga bisa terhibur,” imbuhnya.

Awalnya mereka tampil sebagai grup musik tanpa nama. Tapi karena tampil di depan publik, mereka harus punya nama grup.

“Lalu saya memberi nama The Rivers, karena setiap pemain musik itu harus mengalir seperti sungai,” ujarnya.

Meskipun di awal-awal pementasan The Rivers tidak meminta bayaran, namun secara perlahan panitia mulai menghargai mereka dengan pemberian uang transpor.

“Jadi pada saat penampilan di acara budaya Minang, kami sudah menerima uang pengganti transpor,” kisah Ajo.

Mulai terima bayaran

Pertemuan spontan mendekatkan satu dengan yang lainnya. (Foto: Ajo Chudria)

Sejak tampil di beberapa acara besar warga Indonesia di Belanda, The Rivers semakin dikenal.

Permintaan manggung pun terus berdatangan. Bahkan sampai ke negara tetangga Belanda. Seperti acara Rumpun Minang di Belgia.

Mereka mengundang The Rivers dengan bayaran sekitar 800 euro. Penginapan dan konsumsi ditanggung panitia.

Itu adalah pengalaman pertama kali main di luar Belanda dan dibayar secara profesional.

Setelah melewati perjalanan panjang, The Rivers lebih serius mempopulerkan diri.

Mereka menebar link agar bisa manggung di banyak lokasi. Tidak hanya di Belanda, tapi juga di luar Belanda.

The Rivers mulai pasang tarif. Besarnya bervariasi, tergantung dari besar kecilnya acara dan tema yang diusung.

Bahkan mereka menawarkan “harga pertemanan”. “Kalau ‘harga teman’ berkisar antara 800 – 1.200 euro per jam. Tapi ini masih bisa dinegosiasi,” kata Ajo.

Harga sudah termasuk alat musik yang mereka bawa sendiri, tapi di luar harga sewa sound system.

Untuk acara ulang tahun di rumah atau gedung kecil berkapasitas 100 – 150 orang, cukup dengan akustik dengan empat pemain musik.

Apa rahasian tetap eksis dan pertemanan terjaga?

“Kami sering bertemu dalam kegiatan jamming bareng. Selain itu, kami juga sering melakukan silaturahmi secara spontan,” ujarnya.

Bagi orang Belanda, pertemuan spontan adalah suatu hal yang aneh. Tapi tidak bagi warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Pertemuan spontan justru mendekatkan satu sama lain.***

Kontak The Rivers (Ajo Chudria): +31 652657464.

Foto Headline: Acara Minang Maimbau pertama. (Foto: Ajo Chudria)

 

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *