“Lalu saya memberi nama The Rivers, karena setiap pemain musik itu harus mengalir seperti sungai,” ujarnya.
Meskipun di awal-awal pementasan The Rivers tidak meminta bayaran, namun secara perlahan panitia mulai menghargai mereka dengan pemberian uang transpor.
“Jadi pada saat penampilan di acara budaya Minang, kami sudah menerima uang pengganti transpor,” kisah Ajo.
Mulai terima bayaran
Sejak tampil di beberapa acara besar warga Indonesia di Belanda, The Rivers semakin dikenal.
Permintaan manggung pun terus berdatangan. Bahkan sampai ke negara tetangga Belanda. Seperti acara Rumpun Minang di Belgia.
Mereka mengundang The Rivers dengan bayaran sekitar 800 euro. Penginapan dan konsumsi ditanggung panitia.
Itu adalah pengalaman pertama kali main di luar Belanda dan dibayar secara profesional.
Setelah melewati perjalanan panjang, The Rivers lebih serius mempopulerkan diri.
Mereka menebar link agar bisa manggung di banyak lokasi. Tidak hanya di Belanda, tapi juga di luar Belanda.
The Rivers mulai pasang tarif. Besarnya bervariasi, tergantung dari besar kecilnya acara dan tema yang diusung.
Bahkan mereka menawarkan “harga pertemanan”. “Kalau ‘harga teman’ berkisar antara 800 – 1.200 euro per jam. Tapi ini masih bisa dinegosiasi,” kata Ajo.
Harga sudah termasuk alat musik yang mereka bawa sendiri, tapi di luar harga sewa sound system.
Untuk acara ulang tahun di rumah atau gedung kecil berkapasitas 100 – 150 orang, cukup dengan akustik dengan empat pemain musik.
Apa rahasian tetap eksis dan pertemanan terjaga?
“Kami sering bertemu dalam kegiatan jamming bareng. Selain itu, kami juga sering melakukan silaturahmi secara spontan,” ujarnya.
Bagi orang Belanda, pertemuan spontan adalah suatu hal yang aneh. Tapi tidak bagi warga Indonesia yang tinggal di Belanda. Pertemuan spontan justru mendekatkan satu sama lain.***
Kontak The Rivers (Ajo Chudria): +31 652657464.
Foto Headline: Acara Minang Maimbau pertama. (Foto: Ajo Chudria)