Mengakui diri sebagai wong kenthir (orang gila/keluar dari pemikiran umum), Atiek justru merasa itu adalah “jalan ninjanya”, untuk membuat orang paham pada gangguan mental ini.

Wong Kediri itu merasa dunia panggung bisa memuaskan “kehausannya” pada kekosongan mentalnya. Usai tampil di panggung, ia memilih untuk pulang dengan pesawat paling pagi agar segera bisa mengurung diri di kamar. Semacam depresi yang cukup kronik.

Atiek mengaku, di bawah pengobatan pun kadang simptom-nya masih muncul. Dia sama sekali tidak menyarankan pengobatan alternatif, karena penyakit mental perlu penanganan serius dan terukur, untuk mengembalikan/ menormalkan keseimbangan zat kimia di dalam otak.

Tetap rendah hati

Saya kagum pada mbak Atiek yang tetap rendah hati dalam segara tantangan hidupnya.

Saya sendiri merasakan, kesehatan mental memang cenderung terpicu apalagi bagi kita yang hidup dalam wilayah yang secara kebudayaan, bahasa dan iklim sangat berbeda, tercerabut dari akar kita.

Saya rasa situasi gangguan mental tak hanya masalah personal, tapi perlu dibicarakan terbuka kepada keluarga terdekat. Kalau perlu, berkonsultasi dengan ahlinya.

Semakin banyak orang paham, mungkin akan semakin banyak jiwa yang tak lagi merasa kosong.

Salam sehat mental, jiwa raga, psikis dan spiritual.***

Rieska Wulandari, self diagnosed komorbid ADHD.

Foto headline: Atiek CB (Ist)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *