Itulah perempuan, secara insting mereka tidak mau berhenti di tempat, kemajuan dan perubahan ada dalam DNA mereka.

Apa yang ditulis Yuval, sangat merefleksikan spiritual Sunda, perempuanlah sang inisiator.

Yuval sendiri lahir di negara yang melahirkan sistem kepercayaan dimana perempuan justru memiliki salah dan dosa temurun yang harus ditanggung seluruh jagad.

Dan sejak agama-agama itu lahir, tiba-tiba saja posisi perempuan jadi lemah, makhluk binal banyak salah.

Sekarang situasi berubah. Para ahli sejarah, arkeolog, geolog tak lagi terpaku pada dogma bahwa manusia berperadaban dan berbudaya baru eksis 10.000 tahun lalu.

Mereka paham, kecerdasan yang ada pada 10.000 tahun lalu adalah perjalanan panjang dari perjuangan evolusi otak selama jutaan tahun sebelumnya. Motornya: otak perempuan.

Kehidupan lelaki Sunda purba, berputar pada pemujaan sang perempuan, karena sebelum para ahli barat paham, mereka lebih dahulu paham, bahwa dunia akan stagnan tanpa kiprah perempuan yang memimpin hidup mereka.

Prinsip ini juga menyebar di seluruh Kawasan Sunda (termasuk pulau-pulau sekitar), bahwa perempuan adalah segala, maka lelaki yang memiliki kemampuan sehebat kaum perempuan dalam berkarya tak lagi disebut tukang tapi menjadi punya gelar: EMPU, karena ia punya kemampuan seperti perempuan: mencipta, kreatif, berenergi, menumbuhkan, mengayomi, menyayangi.

Aku adalah anak tanah perempuan, we master the evolution!***

Sumber: Prof. Jakob Sumardjo

Foto ilustrasi: Perempuan Sunda (Foto: Pixabay.com)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *