Suasana akrab dan kekeluargaan langsung terjalin di aula mesjid. Maklum selama 2 tahun mereka tidak bertemu secara fisik untuk beribadah bersama karena pandemi.
Sekitar 90an umat muslim warga Indonesia yang ada di Belanda datang ke mesjid Al Ikhlash Amsterdam Belanda. Hari ini ( sabtu 2/4) adalah hari pertama mereka menjalankan ibadah puasa di bulan suci ramadhan.
Meski kebanyakan warga Indonesia,namun terlihat juga ada beberapa mualaf warga Belanda dan warga muslim Suriname yang menetap di Belanda juga hadir.
Setiap bulannya yaitu sabtu minggu pertama, jamaah Al Ikhlash Amsterdam memang rutin mengadakan istigozah atau doa bersama. Tapi kali ini menjadi spesial karena bertepatan dengan hari pertama ramadhan. Tak heran jika banyak jemaah yang bisa hadir.
Bertindak sebagai imam adalah ustad Tamamul Fikri yang khusus diundang dari Indonesia. Jadi selama satu bulan penuh, pria berusia 29 tahun ini akan menyampaikan ceramah dan kegiatan lainnya selama ramadhan.
Acara dimulai pukul 6 sore waktu Belanda, namun warga sudah mulai berdatangan 30 menit sebelumnya. Padahal suhu udara cukup dingin yaitu 0-1 derajat celsius.
Setelah pembacaan basmalah, jamaah lalu memanjatkan doa hajat majelis atau mengirimkan doa buat keluarga yang sakit ada keluarga yang meninggal dunia. Selanjutnya pembacaan surat yasin, istigozah atau doa bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan shalat magrib bersama.
Karena ini adalah bulan Ramadhan, maka ada acara buka puasa bersama yang kemudian ditutup dengan taudziah atau ceramah.
Setelah shalat isa pukul 22.19 malam waktu setempat, jamaah melanjutkan shalat taraweh bersama. Menurut Jaka Santosa, ketua panitia ramadhan tahun ini, banyak jamaah yang hadir kali ini juga karena bertepatan juga dengan akhir pekan.
Tema ceramah ramadhan hari pertama adalah wawasan alquran dan kewajiban puasa bagi umat muslim di bulan Ramadhan. Ustad menyampaikan bahwa puasa di Eropa dilalui cukup panjang yaitu 16 jam. Ditambah lagi dengan suhu udara dibawah 5 derajat celsius. Dan itu tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan serta komitmen untuk menjalankan puasa secara penuh.
Menu makanan untuk berbuka puasa, seperti biasa disiapkan tim konsumsi yang terdiri dari ibu-ibu asal Indonesia. Mereka sudah menyiapkan makanan dari rumah masing-masing untuk di bawa ke mesjid. Dari makanan pembuka atau takjil seperti es buah, kurma juga ada buah jeruk. Sementara untuk makanan pana, yang sudah dikemas dalam boks. Isinya antara lain nasi putih, mie goreng, ayam bumbu bali, sayur buncis tempe dan udang,rendang sapi, kerupuk dan tak lupa sambal.
Jaka Santosa, panitia kegiatan Ramadhan mengajak warga Indonesia yang tinggal di sekitar Amsterdam untuk datang dan beribadah bersama di mesjid AIA. Flyer kegiatan sudah diunggah di media sosial dan website.
“Ibadah kali ini sangat berkesan, karena kita kan sudah lama tidak bertemu, apalagi dalam suasana ibadah seperti sekarang. Suasana akrab dan kekeluargaan terasa sekali,jadi seperti Indonesia”kata pria yang sudah 19 tahun tinggal di Belanda ini.
Jaka mengatakan bahwa ia juga melihat banyak umat muslim di Belanda yang menanti suasana ramadhan seperti ini. Yaitu tidak lagi wajib menggunakan masker, tidak perlu jaga jarak dan bahkan tidak seperti tahun sebelumnya, hanya mengikuti ibadah melalui online seperti zoom.
Pria single asal nganjuk Jawa Timur ini mengaku, selama ini ia kangen untuk bisa merasakan suasana puasa seperti di indonesia. Karena masjid sebagai sosial kontak yang menumbuhkan rasa kekeluaragaan. Misalnya makan bersama selayaknya berada ditengah keluarga. Rasanya bahagia.
Ia juga terharu karena banyak juga jemaah yang tinggal di luar kota Amsterdam. Mereka datang dari jauh untuk merasakan suasana seperti hari ini.