Islam di Jerman: Setiap Hari Libur Nasional Masjid Gelar Open House  

Penulis: Andi Tinellung

Haloeropa.com – Sejarah perkembangan Islam di Jerman tidak terlepas dari hubungan Jerman, saat bernama Kerajaan Prusia, dan Kesultanan Ottoman Turki pada abad ke-17.

Pada 1683, terjadi pengepungan Wina kedua oleh pasukan Kesultanan Ottoman terhadap Austria dan Polandia. Pada peristiwa itu, pasukan Polandia mampu mengalahkan pasukan Ottoman. Saat itu, para tawanan perang dari pasukan Ottoman yang beragama Islam dikirim ke Jerman. Inilah cikal bakal masuknya Islam ke Jerman.

Saat hubungan Prusia dan Ottoman sedang membaik, Prusia membuka peluang bagi sejumlah muslim untuk menetap di sana. Salah satunya, utusan diplomatik Ottoman sejak 1763.

Bahkan Kaisar Friedrich Willhelm III membangun sebuah permakaman untuk utusan diplomatik Turki tersebut, yang meninggal pada 1798. Permakaman muslim yang berada di Jalan Columbiadamm, Berlin ini, kemudian menjadi permakaman muslim pertama di Jerman. Kini permakaman itu menjadi bagian dari komplek Masjid Sehitlik Berlin.

Permakaman muslim pertama di Jerman. Kini jadi bagian dari komplek Masjid Sehitlik Berlin. (Andi Tinellung)

Tenaga Kerja Asing

Perkembangan Islam di Jerman pada era berikutnya terjadi pada 1960-1970-an. Saat itu Jerman memerlukan tenaga kerja asing, sehingga membuat perjanjian perekrutan dengan Turki, Yugoslavia, Tunisia, dan Maroko.

Republik Federal Jerman terdiri dari 16 negara bagian dengan populasi lebih dari 83 juta jiwa.  Dalam beberapa dekade terakhir, Jerman memiliki keragaman agama dan budaya, terutama karena keberadaan imigran dari negara-negara Islam.

Berdasarkan data Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (Federal Office for Migration and Refugees) tahun 2021, tercatat sebanyak 5,3 hingga 5,6 juta muslim pada 2019 tinggal di Jerman. Ini berarti setara dengan 6,4 hingga 6,7 persen dari total populasi Jerman. Penduduk Islam di Jerman mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2015.

Pada 2008, penduduk muslim Jerman tercatat sebanyak 3,8-4,3 juta jiwa (4,6-5,2 persen dari total populasi). Sedangkan pada 2015 berjumlah 4,4-4,7 juta jiwa (5,4-5,7 persen dari total polulasi Jerman).

Populasi muslim di Jerman didominasi warga asal Turki, meskipun jumlahnya turun 67,5 persen pada 2011, dan menjadi 50,6 persen pada 2015. Kemudian disusul warga asal kawasan Timur Tengah, Eropa Tenggara, Asia Tenggara, Afrika Utara, Afrika Selatan, Asia Tengah, ditambah mualaf Jerman (warga asli Jerman yang masuk Islam).

Masyarakat muslim di Jerman dalam hal keyakinan, terbilang beragam. Sayangnya tak ada data tertulis tentang jumlah pemeluk dari setiap aliran Islam di Jerman. Namun berdasarkan wilayah asal pendatang, dapat diasumsikan bahwa Ahlul Sunnah Wal Jamaah atau Sunni menempati jumlah terbesar, yaitu sekitar 75 persen. Kemudian Alevi sekitar 13 persen, Syiah (7 persen), dan sisanya Ahmadiyah serta aliran-aliran lainnya.

Menurut data statistik Statista, di Jerman terdapat 2800 masjid. Sebanyak 300 di antaranya berbentuk bangunan masjid yang memiliki kubah dan minaret (menara). Selebihnya hanya berbentuk bangunan apartemen yang difungsikan sebagai masjid.

Kegiatan ceramah di Masjid Al Falah Berlin. (Andi Tinellung)

Peran pemerintah dan konferensi Islam

Pemerintah berusaha membangun dialog dengan komunitas muslim di Jerman. Pada 27 September 2006, Kementrian Dalam Negeri bersama beberapa organisasi Islam di Jerman menyelenggarakan German Islamic Conference.

Sejak itu, konferensi Islam ini menjadi forum dialog reguler dan berkelanjutan antara pemerintah dengan umat muslim dan perwakilan mereka di Jerman.

Koferensi Islam ini, selain bertujuan memperluas pengetahuan tentang Islam di Jerman, juga untuk mencari solusi dan membuat regulasi atas masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan ajaran Islam.

Selain itu, juga soal pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah negeri, pengajaran teologi Islam di perguruan tinggi, pembangunan masjid, pencegahan islamophobia, serta pencegahan tindakan radikalisme maupun terorisme yang mengatasnamakan agama.

Bahkan dengan adanya forum ini, beberapa sekolah umum di Jerman memberikan libur bagi murid-murid muslim yang melaksanakan Idul Fitri dan Idul Adha, tanpa harus meminta izin lagi kepada pihak sekolah.

Bukan itu saja. Sejak 2007, Dewan Koordinasi Umat Islam (KRM) menggelar The Day of Open Mosque atau diudangnya semua kalangan untuk memasuki masjid. Acara ini dilakukan setiap 3 Oktober, bertepatan dengan Hari Penyatuan Jerman, yang merupakan hari libur nasional.

Banyak pengunjung non-muslim yang menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan wawasan tentang masjid dan komunitasnya, serta menjalin dialog dengan masyarakat muslim.

Beberapa masjid bahkan menyediakan tur dengan pemandu, informasi tentang Islam, persembahan acara budaya dan kuliner.  Dengan demikian, wajah Islam yang sesungguhnya, yaitu rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), dapat dilihat sekaligus dirasakan oleh seluruh masyarakat Jerman.

Saat ini, banyak warga muslim yang menduduki jabatan penting di parlemen maupun pemerintahan Jerman.

Penjelasan tentang manasik Haji di Masjid Indonesia Frankfurt. (Andi Tinellung)

Peran muslim asal Indonesia di Jerman

Perkembangan Islam di Jerman juga tidak terlepas dari peran serta komunitas muslim Indonesia di sana. Saat ini terdapat dua masjid milik komunitas Indonesia yang terdaftar resmi dan berbadan hukum.

Kedua masjid itu, Masjid Al-Falah di Berlin dan Masjid Indonesia Frankfurt di Frankfurt, selain menjadi tempat pelaksanaan ibadah ritual, juga menjadi pusat kegiatan  sosial, pendidikan, dan dakwah bagi warga muslim Indonesia dan warga muslim asal negara-negara lainnya.

Selain penyelenggaraan kegiatan di kedua masjid tersebut, banyak kegiatan sosial keagamaan lainnya yang dilakukan komunitas muslim Indonesia, berupa kelompok-kelompok Pengajian Kota, Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia (Forkom) di Jerman, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Raya, dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman.

Editor: Tian Arief

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *