Penulis: Miranti
Wartaeropa.com – Pertunjukan seni dan budaya adalah sarana diplomasi yang paling ampuh. Musik angklung dan gamelan jawa, yang merupakan salah satu kekayaan seni dan budaya Indonesia, turut memeriahkan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jerman.
Konser yang berlangsung di Kleine Saal Elbphilharmonie, Hamburg, Jerman, pada Senin (27/6/22), itu menampilkan kolaborasi antara Kelompok Angklung Hamburg Orchestra, Angklung Orchestra Berlin, dan Kelompok Gamelan Sekar Kenanga.
Penampilan mereka berhasil menggetarkan kota Hamburg. Konser ini menampilkan beragam jenis musik pop Indonesia, pop internasional, serta musik tradisional Indonesia.
Konser yang didukung penuh oleh KJRI Hamburg ini berlangsung pada pukul 18.00-21.45 waktu setempat. Pidato pembukaan disampaikan Senator Urusan Pembangunan Kota dan Lingkungan Kota Hamburg, Dr. Dorothee Stapelfeldt. Sedangkan pemerintah Indonesia diwakili Konsul Penerangan dan Sosial Budaya, yang mewakili Konsul Jenderal RI Hamburg.
Dalam sambutannya, Dorothee menggarisbawahi peringatan 70 tahun Indonesia-Jerman tahun ini sebagai peringatan yang monumental. Hal ini, menurutnya, diwarnai semakin eratnya persahabatan yang ditunjukkan dengan saling kunjung antara Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier ke Indonesia (16-17/6/22) dan Presiden RI Joko Widodo ke Jerman, dalam kapasitas sebagai Presidensi G-20 (26-27/6/22).
Ia juga menyampaikan peranan penting KJRI Hamburg dalam memajukan hubungan kedua negara melalui diplomasi budaya dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk diaspora Indonesia dan masyarakat kota Hamburg.
Senada dengan Dorothee, Konsul Pensosbud KJRI Hamburg menekankan keistimewaan perayaan hubungan diplomatik Indonesia-Jerman 2022, dengan terpilihnya Indonesia dan Jerman tahun ini, masing-masing memegang Presidensi G20 & Presidensi G7.
Konser gamelan dan angklung ini juga merupakan hadiah istimewa bagi pemerintah dan masyarakat Hamburg, guna mendorong hubungan persahabatan yang lebih erat lagi antara Indonesia dan Hamburg.
Kelompok Angklung Hamburg Orchestra (AHO) dan Angklung Orchestra Berlin (AOB) tampil selama 60 menit, memainkan lagu-lagu daerah Indonesia, seperti Lalayaran, Anging Mamiri, Yamko Rambe Yamko, Medley lagu Batak hingga lagu pop dunia, seperti Beauty and The Beast, Hijo de La Luna, lagu folklore Jerman Irgendwie, Irgendwo, Irgendwann dan lagu penutup, Santorini.
Kelompok ini berhasil memadukan musik angklung khas Indonesia dengan instrumen musik modern, seperti akordeon, pian, kontra bass dan synthesizer.
Salah satu music directors konser ini yang juga dirigen Angklung Orchestra Berlin, Art Jannik Starkarat (Aei Jei), mengungkapkan bahwa tiga kelompok musik ini mempersiapkan konser secara intensif selama 3 bulan. Aei Jei mengaransemen 6 dari 14 lagu yang dimainkan oleh kedua grup angklung tersebut.