Penulis: Rieska Wulandari 

Wartaeropa.com – Salah besar, jika saat melihat situs kota Pompeii di Italia, anda berpikir bahwa 2000 tahun lalu, manusia bodoh-bodoh dan tak berpendidikan.

Arena untuk pertandingan olah raga dan gladiator. Dilengkapi terpal untuk menghalangi terik matahari. Juga ada ruang ganti, tempat latihan, wisma atlet, dan tempat mandi. Arena olah raga Romawi memiliki kapasitas 10 persen dari populasi. Artinya, bila populasi Pompei 20.000, maka arena ini memuat kapasitas 2000 penonton. (Foto: Rieska Wulandari)

 

Pada 24 Agustus tahun 79 Masehi, gunung Vesivius erupsi secara besar-besaran hingga mengubur satu kota bernama Pompeii. (Belakangan, karena penanggalan Romawi berubah ke Gregorian pada 500 tahun lalu, maka diperkirakan Pompeii meletus di bulan Oktober).

Sosok mayat korban erupsi Vesuvius yang sudah membatu. Awan panas dari erupsi gunung Vesuvius diperkirakan menjadi penyebab utama kematian populasi Pompei. Setelah luncuran awan panas, turun abu vulkanik yang sangat panas, kemudian hujan. Adonan abu dan air hujan bagai coran semen yang membuat tubuh-tubuh korban menjadi seperti patung. Peninggalan bersejarah paling fenomenal dalam konteks geologi. (Foto: Rieska Wulandari)

 

Kota ini terkubur selama 1600 tahun dan ditemukan kembali oleh orang-orang lokal. Penggalian pun dilakukan. Dari total 66 hektar luas kota, sampai sekarang baru 44 hektar yang berhasil dibuka. Jadi jangan heran kalau ada penemuan baru soal Pompeii, karena ada 22 hektar yang masih harus diteliti.

Dari total 66 hektar luas kota Pompeii, baru 44 hektar yang berhasil dibuka. Sisanya masih misteri. (Foto: Rieska Wulandari)

 

Menyaksikan situs Pompeii, belum lama ini, saya terkesima. Betapa tidak, karena pada zaman itu, kota yang memiliki penduduk 16.000 hingga 20.000 orang itu kebanyakan sudah tinggal dalam rumah berbentuk apartemen (rusun). Lantai dasar dijadikan restoran makanan cepat saji, bar, dan sebagainya.

Apartemen itu tidak dilengkapi dapur. Jadi mereka makan di restoran cepat saji di lantai dasar.

Rumah berbentuk apartemen berlantai dua. Lantai dasar dijadikan restoran makanan cepat saji, bar, dan sebagainya. (Foto: Rieska Wulandari)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *