Di sana terdapat jalan yang sangat tersusun baik. Setiap jalan diberi nama, dan di tiap gedung ada plakat logam yang menerangkan nama pemilik dan nama penyewa, terutama yang bagian toko yang memang untuk disewakan.
Orang-orang kaya saat itu tidak tinggal di apartemen, melainkan di domus, semacam vila yang luasnya antara 2000 hingga 6000 meter persegi.
Di dalam rumah orang kaya itu terdapat atrium, yaitu bagian depan dengan atap sedikit terbuka dan di bawahnya ada semacam kolam, dengan saluran air di bawahnya.
Rupanya itu cara orang kaya “menangkap” air hujan, kemudian mengalirkannya ke ruangan bawah tanah. Di ruangan bawah tanah (basement) ada budak-budak yang bertugas menampung air dan menyimpannya untuk keperluan mandi, makan, minum, dan untuk bersih-bersih rumah.
Sebagaimana orang-orang sekarang, orang Pompeii juga rajin mengunjungi ke spa dan pergi ke gym, terutama untuk para atlet dan gladiator. Di sana terdapat ruang latihan olah raga lengkap dengan ruang ganti bagi atlet, yang lokasinya berhadapan dengan arena. Semacam wisma atlet yang punya akses ke gedung pertandingan.
Selain itu, ada teater, dengan panggung dan auditorium berundak. Orang-orang bisa menonton dengan nyaman. Di belakang panggung ada pembagian ruang untuk akses keluar-masuk artis dan ruang ganti, persis seperti teater modern yang terdapat di kota besar zaman kiwari. Bedanya, zaman itu belum ada listrik.