Penulis: Rieska Wulandari
Paris, Wartaeropa.com – Ajakan kolaborasi untuk membawa Indonesia ke dunia internasional terus berdengung. Kali ini inisiatif datang dari Best of Indonesia (BOI), sebuah platform promosi untuk membawa produk Indonesia ke kancah dunia dengan sistem pendampingan dan kurasi yang ketat.
Hal ini terungkap dalam webinar “Dari Pengrajin Sampai Runway” – Peran Artisan dalam High Fashion di Prancis, yang dimoderatori pendiri Jakarta Vintage Luthfi Hasan.
Nina Hanafi, Founder Best of Indonesia mengatakan, Indonesia sudah memiliki performa yang baik di bidang perdagangan dan bisnis dengan Prancis. Namun, menurutnya, masih banyak potensi dan room for improvement yang bisa digarap untuk meningkatkan Indonesia ke level lebih tinggi lagi. Yakni dalam kerangka melindungi kearifan dan kekayaan intelektual masyarakat lokal Indonesia.

Selain sebagai founder Best of Indonesia, Nina telah berkecimpung lama di dunia kuliner sebagai Co-Founder Restoran “Djakarta Bali” di Paris, yang telah berdiri lebih dari 40 tahun sejak 1984.
Tak berhenti di situ. Ia terus berkiprah memperkenalkan kuliner Indonesia di Prancis melalui kekayaan pustaka. Pada Juni lalu, Nina meluncurkan buku resep berjudul Easy Indonesie yang menampilkan lebih dari 45 resep masakan Indonesia dalam Bahasa Prancis, yang diterbitkan penerbit terkenal Mango Editions.
Nina percaya bahwa Indonesia masih bisa terus digenjot untuk melejit lebih jauh.
Senada dengan Nina, Fernand Ratier, yang turut hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut mengatakan, keahlian manual dan kerajinan masyarakat lokal justru bisa menjadi modal besar dalam memasuki kancah dunia internasional. Terutama di sektor luxury brand dan segmen kelas ekslusif, Haute Couture. Ratier adalah Creative Developer and Buyer untuk Givenchy, Louis Vuitton dan Hermes.
Meniti karier sejak usia 19 tahun, Ratier yang sangat mendukung kerajinan Asia, terutama India. Kini ia duduk sebagai direktur setelah 27 tahun berkarir. Ratier mengatakan bahwa dalam sektor fashion luxury brand produk yang dihasilkan bisa murni hasil kecanggihan mesin industri.
Namun dalam Haute Couture yang memiliki level jauh lebih tinggi, justru keterampilan manual seperti bordir, sulam, tenun, rajut tangan, menjadi keunggulan tersendiri yang jauh lebih dihargai.
