“Eropa sedang krisis pekerja yang memiliki keterampilan (pekerja kerah biru). Ini akan menjadikan win win situation buat kedua bangsa,” kata Ralf Giesen.
Peluangnya besar sekali bagi masyarakat Indonesia yan membutuhkan kerja di Jerman atau di Inggris. Tapi harus belajar lulus Bahasa Inggris/Jerman sebagai syaratnya.
“Harapan kami, dengan didirikannya Bavaria Institute oleh Yayasan Bavaria Cinta Bangsa ini kami dapat mengedukasi UMKM untuk mempersiapkan produk mereka, sehingga mereka siap menjualnya di pasar internasional,” ujar Trigo, konsultan internasional senior dan pengacara maritim untuk industri perdagangan.
Generasi muda yang ingin berkarir di luar negeri, menurut Trigo, tak usah khawatir soal mahalnya biaya kursus bahasa, karena semuanya diberikan secara gratis, khusus untuk bangsa Indonesia.
Pendidikan dan pelatihan mutlak dilakukan
Sementara itu, Ketua Dulur Ganjar Eropa dan Ketua Relawan Ganjarist UK, serta aktivis pembela kemakmuran rakyat Indonesia mengatakan, program ini merupakan suatu inisiatif yang bagus.
Ketua Umum Dulur Ganjar Nasional Suroto mengatakan, pendidikan sangat mutlak jika ingin ekspor tenaga kerja ke luar negeri. Karena itu perlu ada pelatihan.
“Kami siapkan itu demi kesejahteraan rakyat. Kami bekerja sama dengan siapapun untuk mendukung kebutuhan sekolah bahasa. Bavaria Institute sudah terbukti kesuksesannya dan perlu kita tiru,” kata Suroto.
Dengan menguasai bahasa, maka para calon pekerja migran tidak mudah dimanfaatkan oleh agen-agen tenaga kerja, misalnya dikenakan pungutan liar.
Seperti pernah terjadi di Inggris Raya, yang menimpa para pekerja migran pemetik buah. Kasus mereka selama beberapa tahun tak kunjung selesai.
“Juga kasus yang baru saja terjadi dengan korban Rumiyati, yang diselamatkan seorang PMI (pekerja migran Indonesia) bekerja sama dengan KBRI Kuala Lumpur. Rumiyati selama 7 bulan diperbudak di Malaysia,” ujar Trigo Neo Starden.***
Sumber: Press Release Bavaria Institute