Ekspedisi Mont Blanc: dari Amsterdam ke Chamonix dengan Sebuah Tekad

Penulis: Teguh Sugihartono *)

Amsterdam, Wartaeropa.com – Aku adalah seorang putra Tasikmalaya Jawa Barat yang lama bermukim di Amsterdam, Belanda. Hobiku mendaki gunung dan bertualang di alam bebas.

Masih ingat saat pertama kali bilang pada istriku tentang keinginanku mendaki Mont Blanc. Hari itu, Selasa 24 Mei 2022.

Spontan istri melarangku untuk mendaki gunung tertinggi di Eropa Barat itu (4.810 jupe matelassée radios de cordoba den hut arlena witt książka empik faros trabajo xenon jordan-shoes-online jordan-shoes-online bazar patria camisetas nike-air-max-for-sale prendas henry arroway tp link vr1200 lsu store easycap ps3 sensowash starck f lite cooter på vinterføre meter di atas permukaan laut/mdpl), karena sangat berbahaya.

Namun setelah beberapa hari terakhir memikirkan, menimbang-nimbang dan mencari informasi mengenai seluk beluk pendakian Mont Blanc, akhirnya aku pun memutuskan untuk nekad melakukan ekspedisi berbahaya ini. No risk, no gain. Begitu pikirku.

Wajah istriku tampak lesu saat mendengar aku bertekad mendaki gunung yang berada di gugusan Alpen dan berada di tiga negara ini (Prancis, Italia dan Swiss).

Dia seakan-akan tahu kalau tekadku sudah bulat dan tak ada gunanya lagi untuk menentangnya.

Saling pengertian

Kami menikah pada 2010, dan di usia perkawinan 13 tahun ini rasanya kami sudah mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Istriku hanya bisa tersenyum pasrah dan memberikan restunya, kemudian kami berpelukan.

Sore hari sepulang kerja, aku memulai latihan fisik dengan berlari sejauh 5 kilometer.

Berawal dari pendakian 5 gunung Munro’s

Anggota tim pendaki Mont Blanc. (Foto: Dok. Teguh)

Ide mendaki Mont Blanc bermula dari pendakian lima gunung Munro’s di Skotlandia bersama beberapa anggota Siegurd, pada 2022.

Kelima gunung ini adalah Schiehallion (1083 mdpl), Carn Dearg (941 mdpl), Beinn na Lap (937 mdpl), Geal Charn [Drumochter] (917 mdpl) dan A’Mharconaich (975 mdpl).

Pada hari terakhir ekspedisi, dalam perjalanan pulang, kepala ekspedisi Siegurd bercerita tentang pengalamannya melakukan pendakian hingga puncak Mont Blanc sebanyak tujuh kali.

Satu kali ia berhasil menyelamatkan 40 orang batu-batu yang berjatuhan. Cerita ini sedikit banyak menginspirasiku untuk mencoba melakukan pendakian Mont Blanc.

“Apakah pendakian Mont Blanc itu sulit ?” tanyaku pada Siegurd.

“Itu tidak sulit, tetapi berat. Seperti halnya bersepeda, tidak sulit. Tetapi kalau giginya dinaikkan jadi berat.” jawabnya.

Siegurd kemudian menyarankan agar aku menonton film dokumenter di 3 op reis di salah satu program NPO Belanda. Judulnya Expeditie Mont Blanc.

Setelah menonton film dokumenter ini semakin kuat keinginanku untuk mencoba.

Kebetulan ada presentasi dari jurnalis Maurice, pada Kamis 12 Mei 2022 di Toko Fjallraven, Amsterdam.

Maurice bersama teman-teman mendakinya memberikan presentasi mengenai pendakian Mont Blanc. Pada presentasi itu Maurice menceritakan betapa beratnya pendakian yang mereka lakukan, namun ada banyak sekali keuntungan yang didapatnya.

Aku, yang semakin bersemangat untuk mendaki Mont Blanc, tak lupa untuk meminta selfie bersama Maurice.

Penentuan hari pendakian

Sejak akhir Mei, aku sudah mengikuti training untuk pendakian Mont Blanc. (Foto: Dok Teguh)

Akhirnya hari pendakian pun tiba. Pada Jumat 30 September 2022, aku menerima email dari Mountain Network bahwa pendaftaran untuk pendakian Mont Blanc tahun 2023 baru saja dibuka.

Kubuka website Mountain Network untuk mencari tanggal berapa saja aku bisa ikut ekspedisi. Ternyata ada beberapa pilihan. Tanggal 3 Juni, 10 Juni dan seterusnya.

Aku berencana berangkat di awal Juni, karena es masih keras dan risiko batu-batu berjatuhan masih sangat minim.

“Jadi lebih aman mendaki di awal Juni,” pikirku. Semalaman aku terus memikirkan, apakah jadi mendaftar pada 3 Juni atau tidak.

Keesokan harinya, ketika aku buka website Mountain Network, ternyata pendakian pada 3 Juni sudah penuh. Tanggal 10 Juni masih ada tiga tempat kosong. Aku langsung mendaftar untuk tanggal 10 Juni.

Sebenarnya sejak akhir Mei aku sudah mengikuti training untuk pendakian Mont Blanc. Training itu terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama, endurance training (latihan ketahanan), sedangkan bagian kedua adalah strength training (latihan kekuatan).

Endurance training dilakukan dengan lari, naik sepeda, hiking atau berenang.

Tujuan dari endurance training adalah untuk melatih kemampuan kardiovaskular, yakni melatih kemampuan jantung untuk memompa darah secara efisien ke seluruh bagian tubuh.

Pertemuan anggota tim  

Pertemuan anggota tim. (Foto: Dok Teguh)

Related Post

14 thoughts on “Ekspedisi Mont Blanc: dari Amsterdam ke Chamonix dengan Sebuah Tekad”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *