Ekspedisi Mont Blanc: dari Amsterdam ke Chamonix dengan Sebuah Tekad

Aku berangkat pagi-pagi jam 6 dari Amsterdam, dengan mampir di kota Bilthoven untuk menjemput temanku, Roy. Aku dan Roy menyetir bergantian menuju Chamonix.

Pada pukul 6 sore, kami tiba di Chamonix, sebuah kawasan resor yang berada di perbatasan Prancis, Swiss dan Italia.

Tanpa terasa kami sudah menempuh jarak 1.000 kilometer, dari Amsterdam ke Chamonix, dengan waktu tempuh 12 jam.

Untunglah kami menyetir secara bergantian, sehingga tidak terlalu capai dan lebih menghemat energi dibanding menyetir seorang diri.

Perasaanku begitu bahagia begitu mobil kami tiba di kota Chamonix. Aku sudah sangat siap untuk melakukan aklimatisasi (adaptasi dengan lingkungan dan iklim setempat).

Program ekspedisi Mont-Blanc baru dimulai pada minggu depan, tepatnya Senin 12 Juni 2023.

Sebelum ekspedisi Mont Blanc dimulai, Mountain Network meminta setiap peserta untuk memulai program aklimatisasi. Yaitu memulai hiking di pegunungan berketinggian antara 2.000 sampai 3.000 meter di atas permukaan laut.

Aklimatisasi

Aku perlu melakukan aklimatisasi, agar tubuh tidak kaget dengan lingkungan baru. (Foto: Dok Teguh)

Pada Rabu 7 Juni 2023 pukul 8 pagi, Roy sudah menungguku di depan hotel. Kami langsung berangkat ke Tre Le Champ.

Di sana kami memarkir mobil dan mulai melakukan pendakian. Tujuannya mencapai Lac Blanc.

Di perjalanan menuju Lac Blanc kami bertemu beberapa orang. Ada orang Irlandia (suami istri), bahkan ada orang Amsterdam!

Jauh-jauh dari Amsterdam ke Lac Blanc, eh tahu-tahu ketemu orang Amsterdam juga (LoL). Hari pertama hiking ditutup dengan makan bareng di Chamonix.

Dari akomodasi aku berangkat jam 8 pagi dan pulang kembali ke akomodasi jam 8 malam. Total kami beraktivitas selama 12 jam.

Rasanya kaki mulai terasa pegal-pegal, terutama sendi-sendi dan engkel. Tas punggung yang kubawa cukup ringan di pagi hari, di akhir pendakian terasa begitu berat.

Malam itu juga kuubah taktik. Pada pendakian Mont Blanc, aku membawa peralatan seminim mungkin dan yang ringan-ringan saja.

Ternyata saat mendaki gunung kita harus membawa peralatan seringan mungkin. Lebih ringan lebih baik. Dan jangan membawa barang-barang yang tidak diperlukan.

Itu pelajaran dari hari pertama hiking di pegunungan. Aklimatisasi hari pertama berjalan dengan mulus.

Pada Kamis 8 Juni 2023 pukul 05.30, kami sudah meninggalkan akomodasi menuju Le Buet, tempat parkir sebelum memulai pendakian ke Mont Buet (3096 mdpl).

Di atas kertas, puncak Mont Buet bisa ditempuh dalam 8 jam 12 menit perjalanan sepanjang 20 km. Jalur menanjak panjangnya 1.730 meter (jalur menurun kira-kira jaraknya sama).

Secara teori, kami bisa melakukan pendakian dari tempat parkir
ke puncak gunung Buet dalam 8 jam.

Namun pada kenyataannya kami kelelahan setelah melakukan hiking di hari pertama yang cukup berat. Ditambah medan pendakian di ketinggian 2.000 meter sudah ditutupi oleh gletser. Maka kami pun mengalami kesulitan.

Kakiku terasa sakit-sakit dan pegal-pegal saat dilangkahkan akibat hiking yang cukup berat di hari pertama.

Aku hanya mampu mencapai ketinggian 2.000 meter saja. Tanjakan yang kutempuh sepanjang 660 meter. Pemandangan sepanjang rute menuju Mont Buet sangatlah indah. Aku bertemu dengan pendaki dari Amerika.

Menurutnya, rute ini adalah rute terindah yang pernah dia temui. Ada benarnya juga. Selain ada melewati hutan, kami juga melewati air terjun dan sungai yang sangat cantik.

Suatu saat aku akan kembali ke Mont Buet untuk melakukan pendakian sampai puncak. Mungkin aku akan lebih nyantai dengan pendakian 2 hari, bukan 1 hari.

Hari Jumat 9 Juni 2023 adalah hari istirahat. Setelah 2 hari melakukan hiking yang cukup berat dan melelahkan, kami akan memanfaatkan hari ketiga sebagai hari istirahat agar tubuh bisa kembali fit dan siap melakukan pendakian berikutnya.

Di hari istirahat (restday) ini kami pergi ke Aiguille du Midi, yang memiliki ketinggian 3.842 mdpl.

Tapi kami tidak mendakinya dengan jalan kaki, melainkan menggunakan kereta gantung (cable car) dari Chamonix.

Dari Aiguille du Midi tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Banyak gunung indah dan tinggi yang diselimuti salju di sekitar Chamonix.

Sepulang dari Aiguille du Midi, aku sempat hiking ringan di batu-batu sekitar Plan de l’Aiguille. Di sana aku berkenalan dengan orang Taiwan yang bekerja di Jerman.

Aku ajarkan dia bagaimana melakukan bouldering (melakukan simulasi rock climbing tanpa menggunakan tali pengaman) dan melewati batu-batu ketika melakukan hiking.

Dia sangat terinspirasi dengan ceritaku yang akan melakukan pendakian Mont Blanc. Dia mengatakan, tahun depan dia juga akan melakukan pendakian Mont Blanc, lewat operator dari Jerman.

Hari Sabtu 10 Juni 2023, aku pergi ke Plan de l’Aguille untuk menjemput Roy yang menginap di mountain hut (pondok pendakian) Plan de l’Aguille.

Plan de l’Aguille berada di ketinggian 2.200 meter. Dari situ kita berjalan ke arah Montenvers Mer de Glace. Kami berjalan sekitar 9 km selama 4 jam (mendaki setinggi 203 meter).

Mer de Glace adalah nama gletser di daerah utara Mont Blanc. Panjangnya sekitar 7,5 km dengan kedalaman 200 meter.

Mer de Glace adalah gletser terbesar di Prancis dan gletser terbesar kedua di Pegunungan Alpen setelah Aletsch Glacier.

Dari Mer de Glace kami turun dengan menaiki kereta gantung menuju Chamonix.

Hari Minggu 11 Juni 2023, kami berangkat menuju Lac d’Emosson yang berada di Swiss yang berbatasan dengan Prancis.

Setelah mengemudi selama 30 menit dari Chamonix, kami tiba di Lac d’Emosson. Dari sana kami hiking di Lac d’Emosson sejauh 10 km selama 3,5 jam (mendaki setinggi 335 meter).

Pemandangan di Lac d’Emosson sangat indah. Danaunya berwarna hijau kebiruan dikelilingi pegunungan yang memutih. Pemandangan menakjubkan itu seolah sedang berada di negeri dongeng.

Mulai mendaki Mont Blanc

Kami juga diajarkan berjalan menggunakan crampons dan tali dalam kelompok. (Foto: Dok Teguh)

Hari Senin 12 Juni 2023 pukul 16.00, pendakian Mont Blanc pun dimulai.

Semua peserta ekspedisi berkumpul di Chalet Rubicon di Chamonix. Malam itu kami makan bersama sambil bertanya mengenai pendakian Mont Blanc ke beberapa anggota grup yang sudah mendaki sebelum kami.

Di grup ini empat orang yang berhasil mencapai puncak Mont Blanc. Sisanya tidak berhasil sampai puncak.

Esok harinya, Selasa 13 Juni 2023, kepala guide kami datang. Namanya Xavi. Dia datang ditemani guide lain bernama Boi.

Hari ini kami belajar ice climbing di Glacier Le Brevent. Kami juga diajarkan bagaimana berjalan menggunakan crampons (duri-duri yang dipasangkan pada telapak sepatu salju untuk membantu traksi) di gletser dan berjalan menggunakan bantuan tali dalam kelompok.

Xavi dan Boi bisa langsung menilai bahwa aku masih harus terbiasa berjalan menggunakan crampons. Soalnya terlihat sekali dari gaya jalanku yang canggung. (Bersambung)

*) penulis adalah warga Indonesia yang tinggal di Belanda.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *