Diaspora Indonesia di Eropa Sayangkan Kampanye Gimik Ketimbang Program dan Gagasan

Wartaeropa.com – Situasi politik Tanah Air di tahun politik menjelang Pemilu 2024 dipantau para diaspora Indonesia di luar negeri, termasuk di Eropa.

Warga diaspora di Eropa menyayangkan adanya kampanye calon presiden (capres) yang lebih sering mengedepankan gimik politik ketimbang program dan gagasan.

Menurut para diaspora, hal ini tidak mengedukasi warga yang seharusnya bisa mengetahui dan memahami secara mendalam tentang program maupun gagasan, agar setiap pemilik hak suara dapat dengan baik menentukan pilihannya.

Untuk itu, Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PERINMA) sebagai salah satu kelompok diaspora Indonesia terbesar di Eropa, menginisiai penyelenggaraan PARAS (Paparan Gagasan).

Tujuannya untuk memahami gagasan dari semua pasangan calon (paslon) capres-cawapres, mampu memaklumi perbedaan pilihan maupun pendapat dalam politik, dan tetap peduli terhadap masa depan NKRI bersama presiden dan wakil presiden yang nantinya akan terpilih dalam Pemilu 2024.

Kegiatan ini digelar secara daring pada Minggu 14 Januari 2024, menghadirkan tiga narasumber dari perwakilan masing-masing tim pemenangan capres-cawapres.

Mereka adalah Muhammad Iqbal, Juru Bicara Timnas AMIN (paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin); Arief Rosyid, Komandan TKN Fanta (paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran); dan Masinton Pasaribu, Anggota DPR RI Fraksi PDIP (paslon nomor urut 3 Ganjar- Mahfud).

Acara Paras menghadirkan narasumber juru bicara masing-masing paslon capres. (Foto: Dok PERINMA)

Acara yang dimoderatori Retty Paruntu (diaspora Indonesia dari Jerman) itu dibuka dengan pembacaan tata tertib acara, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa bersama.

Kemudian Mars PERINMA, sambutan Ketua Umum PERINMA dan pembacaan profil para narasumber.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PERINMA Rizal Tirta mengatakan, Pemilu merupakan pesta demokrasi yang ditunggu-tunggu selama lima tahun sekali dan bukan hanya untuk warga Indonesia di Tanah Air saja, tapi juga WNI yang berada di Eropa.

“Meskipun PERINMA adalah perhimpunan yang netral dan tidak berpihak pada golongan manapun dalam konteks politik, setiap anggota PERINMA bebas untuk mengekspresikan dukungan mereka kepada paslon manapun. PERINMA mendorong setiap anggota untuk menggunakan hak suaranya dan jangan sampai golput,” tambahnya.

Rizal, yang juga sebagai penggagas acara ini, menyayangkan banyaknya warga masyarakat yang belum memahami program yang ditawarkan setiap paslon dan tendensi para pemilih yang lebih mengedepankan sentimen dibanding logika.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *