Lebih menggenaskan lagi, puing-puing reruntuhan itu dijarah dan digunakan untuk beberapa proyek bangunan di Italia. Alhasil bangunan amfiteater itu nyaris rata dengan tanah.
Seperti semua bangunan serupa di kota-kota Romawi lainnya, amfiteater ini digunakan sebagai tuan rumah pertarungan gladiator dengan kapasitas 20.000-30.000 penonton.
Jika dilihat pada peta, reruntuhan ini terletak di antara jalan-jalan modern De Amicis, Conca del Naviglio dan Arena. Tepatnya berada di dalam komplek taman arkeologi Antiquarium Milan.
Gedung Tembok Jadi Taman Hijau
Attilio Stocchi, arsitek yang memimpin proyek ini mengatakan, kondisi gedung yang nyaris rata dengan tanah memberikannya kesempatan untuk membangun kembali amfiteater dalam paradigma yang lebih ekologis dan ramah lingkungan.
“Kita tidak lagi memiliki tembok amfiteater yang bisa dikonsolidasikan atau diperbaiki. Malah ketidaklengkapan ini memberi kita kesempatan untuk mengatakan bagaimana jika kita memikirkan kembali amfiteater yang sudah tidak ada lagi? Dengan permintaan untuk dapat bermetamorfosis dalam warna hijau, berarti membangun jejak amfiteater melalui alam. Jadi kami menyebutnya PAN itu bukan sesuatu yang berasal dari perang, tetapi singkatan dari PARCO AMPHITEATRUM NATURAE,” tuturnya di depan wartawan.